Home Top Ad

Responsive Ads Here

Search This Blog

Saat sedang bertugas ke luar kota, Ibu mendapat kiriman suvenir  dari sebuah organisasi yang bergerak di bidang konservasi alam. Sepulangny...

Kisah Jimping Si Gajah Baik Hati

Saat sedang bertugas ke luar kota, Ibu mendapat kiriman suvenir  dari sebuah organisasi yang bergerak di bidang konservasi alam. Sepulangnya Ibu kemarin, Fatha Ibu ajak membongkar isi bungkusan tersebut. Rupanya isinya adalah boneka gajah 😄


Baik Fatha dan Ibu sama-sama senang dengan hadiah ini. Kami langsung  bermain bersama.

Oleh Fatha, boneka ini diberi nama "Jimping".

"Eh jangan Bu. Antta saja," lanjut Fatha.

"Antta seperti nama kucing Nussa-Rarra?" Ibu menegaskan.

"Iya. Eh, Anjing, Bu. Namanya Anjing," Fatha meralat.

"Lah, Anjing atau Gajah, dong jadinya?" Ibu merespon sambil tertawa lebar. Dalam hati Ibu berkata, "Kok mirip kucingnya Isyana dalam film Milly-Mamet yang diberi nama Si Anjing."

"Gajah, Bu," Fatha menjawab dengan mantap dan serius.

"Kalau begitu, Ibu mau panggil dia Jimping saja," Ibu memutuskan sepihak. Fatha tertawa geli dengan nama yang ia pilih sendiri.

Begini Kisah Jimping Si Gajah Baik Hati versi Ibu Fatha.. 


Jimping adalah gajah kecil yang baik hati. Ia tinggal di hutan bersama kawan-kawan hewan lainnya. Saat kawan-kawannya datang membutuhkan bantuan, ia akan dengan senang hati menolong.

Contohnya hari ini. Kelinci putih kehilangan balon yang baru saja ia dapatkan dari Ibu Kelinci. Ah, rupanya balonnya tersangkut ranting dan daun di pohon yang tinggiii sekali.

Syuuuut, Jimping pun menjulurkan belalainya ke atas pohon. Dengan mudah ia mengambil balon dan menyerahkan kembali kepada Si Kelinci.

Kelinci senang sekali. Ia berterima kasih pada Jimping. Jimping pun bahagia bisa menolong kawannya.

Fatha menyimak kisah Jimping sambil sesekali menimpali.

"Balonnya terbang ya Bu? Kelincinya sedih?"

Ibu mengiyakan.

Tak berapa lama, ia sudah asyik dengan dongeng karangannya sendiri. Tentang Jimping yang berangkat sekolah dengan mengendarai motor besar dan tak lupa berpamitan pada ayah ibunya :)

Nb: jika ada kesamaan cerita Jimping dengan Bona Gajah Kecil Berbelalai Panjang ala Majalah Bobo, hal itu memang disengaja. Sosok Bona-lah yang tiba-tiba terlintas di kepala Ibu saat melihat boneka gajah ini. Yah, meskipun warna kulit mereka berbeda. Hehehe..

#Harike4
#GrabYourImagination
#KuliahBunsayIIP
#Level10
#MembangunKarakterAnakMelaluiDongeng
#Tantangan10hari
#KisahBunsayOfflineSalatiga

1 comment(s):

Cerita hari ini datang dari Keluarga Buah-Buahan yang diwakili oleh Pak Pepaya dan Nak Alpukat. Mereka berdua datang ke rumah Fatha untuk m...

Kami Keluarga Buah-buahan

Cerita hari ini datang dari Keluarga Buah-Buahan yang diwakili oleh Pak Pepaya dan Nak Alpukat. Mereka berdua datang ke rumah Fatha untuk mengajak Keluarga Fatha hidup sehat.

Pak Pepaya kaya vitamin A yang bagus untuk kesehatan mata. Pak Pepaya bisa membuat mata kita sehat dan tidak perlu menggunakan kacamata. 

Nak Alpukat memberikan kita banyak tenaga untuk bisa aktif bermain dan belajar. Kalau Kak Fatha ingin bersepeda, makan alpukat yang banyak ya, supaya kuat mengayuh sepeda. Alpukat juga kaya kaya kandungan lemak yang baik untuk perkembangan otak. 

Yuk kita banyak makan buah-buahan yang banyak gizi dan vitaminnya. Bisa diblender menjadi jus maupun dipotong saja. Semoga Kak Fatha makin sehat dan pintar.


Kisah Keluarga Buah-buahan Ibu titipkan pada Uti untuk didongengkan pada Fatha. Harapan Ibu, Fatha mau lebih lahap makan buah, terutama dua jenis buah yang sering kami siapkan.

Saat Ibu pulang ke rumah, dongeng Pepaya dan Alpukat kembali Ibu kisahkan untuk Fatha. 

"Kak Fatha mau ya, makan pepaya dan alpukat," bujuk Ibu.

"Ndak mau. Kakak minum jeruk bebi aja," jawabnya. Jeruk bebi yang dimaksud adalah Jeruk Baby yang manis rasanya :)

#Harike3
#GrabYourImagination
#KuliahBunsayIIP
#Level10
#MembangunKarakterAnakMelaluiDongeng
#Tantangan10hari
#KisahBunsayOfflineSalatiga

0 comment(s):

Halo.. Namaku Boeing. Aku adalah pesawat terbang yang baik hati. Tugasku mengantar ke mana pun orang-orang ingin pergi. Seperti hari i...

Kisah Boeing, Si Pesawat Terbang




Halo.. Namaku Boeing. Aku adalah pesawat terbang yang baik hati. Tugasku mengantar ke mana pun orang-orang ingin pergi. Seperti hari ini, aku membawa Ibu Fatha berangkat kerja dengan cepat dan nyaman. Insya Allah, saat nanti Ibu pulang ke rumah, aku akan kembali mengantarnya. Fatha sabar ya menunggu Ibu pulang. Doakan kami agar selalu sehat dan selamat di perjalanan 😘

Kisah dan ilustrasi di atas Ibu buat dalam perjalanan dinas ke luar kota. Sambil mengarang, Ibu senyum-senyum sendiri, membayangkan bagaimana kira-kira reaksi Fatha saat ditunjukkan gambar dan dan didongengkan oleh Uti.

Segera setelah gambar dan cerita Ibu kirimkan via pesan singkat ke telepon genggam Uti. Harap-harap cemas, Ibu menunggu balasan Uti mengenai respon Fatha.

Menjelang sore, Uti memberikan laporan singkat yang Ibu tunggu-tunggu. Inilah isi pesan Uti..


Ternyata zonk, saudara-saudara. Fatha saat itu sedang dalam kondisi lapar setelah bangun tidur. Yang ada dalam pikirannya hanyalah cepat-cepat makan. Hihihi..

Tak apa.. Insya Allah besok ketika Ibu pulang, kita ulang cerita ini ya Nak.. :)

#Harike2
#GrabYourImagination
#KuliahBunsayIIP
#Level10
#MembangunKarakterAnakMelaluiDongeng
#Tantangan10hari
#KisahBunsayOfflineSalatiga

0 comment(s):

Dongeng ini Ibu kisahkan pada Fatha saat Ayah sedang keluar rumah untuk berbelanja. Oh ya, besok dini hari ibu harus berangkat bertugas ke ...

Kisah Ayah Beruang Mencari Makan

Dongeng ini Ibu kisahkan pada Fatha saat Ayah sedang keluar rumah untuk berbelanja. Oh ya, besok dini hari ibu harus berangkat bertugas ke luar kota. Ayah menyiapkan ransum untuk Fatha berupa susu sapi.

Hitung-hitung melatih Fatha untuk lepas menyusu :)

Nah, selama bercengkerama di kamar, Fatha sudah menunjukkan gelagat minta ASI. Ibu berusaha berkelit dengan mengajaknya bercerita.

Fatha bertanya pada Ibu, di mana gerangan Ayah. Tiba-tiba terlintaslah sosok ayah beruang yang sedang mencarikan makanan untuk anak dan istrinya.

Begini kisahnya...

Keluarga beruang tinggal di dalam hutan yang rimbun. Sehari-hari mereka makan madu, bukan nasi seperti manusia.

Suatu ketika Anak Beruang merasa lapar. Ia meminta makan pada kedua orang tuanya. Ibu Beruang membuka gentong madu mereka dan terkejut melihat isinya kosong!

"Ayah, makanan kita habis. Tolong carikan makan untuk beberapa hari ke depan ya," pinta Ibu Beruang.

Ayah beruang bergegas keluar dari rumah dan berburu madu di hutan. Ia mencari jejak para lebah dan menemukan mereka sedang mengumpulkan madu di sarang. Ayah beruang pun meminta ijin pada Ratu Lebah.

"Ratu, boleh aku minta sedikit madumu buat keluargaku? Sebagai gantinya, aku membawa banyak tanaman bunga untuk kalian."

Ratu lebah menitahkan rakyatnya untuk menyiapkan madu bagi Ayah Beruang. Ayah Beruang pulang ke rumah dengan hati riang.

"Terima kasih, Ayah," Anak dan Ibu Beruang menyambut kedatangan Ayah dengan bahagia..

Fatha menyimak kisah Keluarga Beruang dengan penuh perhatian. Ketika Ayah Fatha pulang dari warung, Fatha ingat kata-kata Anak Beruang. Spontan ia berkata,

"Terima kasih, Ayah.."

Karena Ayah bingung mengapa Fatha berterima kasih, Ibu pun mengulang dongeng tadi pada Ayah. Hehehe


#Harike1
#GrabYourImagination
#KuliahBunsayIIP
#Level10
#MembangunKarakterAnakMelaluiDongeng
#Tantangan10hari
#KisahBunsayOfflineSalatiga

1 comment(s):

Tidak pernah ada kata terlambat untuk memulai sesuatu Kalimat tersebut mungkin paling pas menggambarkan kehidupan saya hingga hari...

Scribo Ergo Sum


Tidak pernah ada kata terlambat untuk memulai sesuatu
Kalimat tersebut mungkin paling pas menggambarkan kehidupan saya hingga hari ini. Lahir dan besar di lingkungan yang dekat dengan dunia tulis-menulis: ibu adalah seorang guru yang juga hobi menulis.

Saat duduk di bangku SMA, ingin hati mengambil peminatan di jurusan bahasa. Selain karena ingin meneruskan kuliah di jurusan yang dekat dengan dunia literasi, saya sangat menggemari belajar bahasa baru.

Sayangnya cita-cita itu kandas ketika orang tua, terutama ibu, tidak merestui pilihan saya. Mereka "mengarahkan" saya untuk melanjutkan studi di jurusan eksakta. Keputusan yang untungnya tak pernah saya sesali, karena selepas lulus, saya kemudian diterima bekerja di sebuah institusi penelitian.

Dunia penelitian rupanya sangat menyenangkan. Bukan hanya kental dengan kegiatan eksperimen, menulis pun menjadi satu aktivitas penting buat para peneliti. Membuat laporan penelitian dan mempublikasikannya dalam artikel ilmiah menjadi kewajiban utama kami.

Keinginan untuk kembali menulis sebagai hobi membuncah kembali ketika Si Kecil Fatha lahir. Pernah dengar kan, 
Kelahiran seorang anak juga menjadi proses kelahiran Sang Ibu
Saat akhirnya Fatha hadir dalam hidup kami, saya merasa ada ribuan kisah yang terjadi setiap harinya. Saat itu saya merasa cukup mendokumentasikannya dalam sebuah logbook berformat google docs. 

Lama-kelamaan, saya kesulitan merapikan cerita-cerita tersebut dan mulai melirik kembali blog yang sempat dorman beberapa saat. Apalagi tugas kuliah di Ibu Profesional yang saya ikuti berikutnya memaksa saya untuk makin rajin mengisi tulisan di blog dengan cerita Fatha sehari-hari. Meskipun sederhana, tapi berkesan untuk kami.

Ketika kita bersungguh-sungguh akan sesuatu, rupanya Allah akan mendekatkan kita dengan berbagai kemudahan. Tiba-tiba saja saya dipertemukan dengan komunitas Nulisyuk via Instagram. Saya bergabung dengan batch 21 dan tak berapa lama, antologi pertama saya tentang Perjuangan Menjadi Ibu pun lahir.

Buku Antologi pertama saya bersama teman-teman #nulisyukbatch21
Berminat dengan bukunya? Bisa pesan di sini.

Satu demi satu kelas saya ikuti dengan riang gembira. Seakan menemukan kembali semangat yang membuat saya optimis menjalani rutinitas tiap hari. Deadline demi deadline justru membuat semangat saya makin menyala.

Alhamdulillah, insyaAllah dalam waktu dekat buku antologi kedua dan ketiga saya yang bertema mahasiswa dan traveller akan segera lahir.

 Project berikutnya. Bagi yang penasaran, harap bersabar menunggu kabar berikutnya, ya :)
Semua harus ditulis, apa pun. Jangan takut tidak dibaca atau tidak diterima penerbit. Yang penting, tulis, tulis, dan tulis. Suatu saat pasti berguna
Kata-kata Pramoedya Ananta Toer itu membekas dalam ingatan saya. Tak perlu berpikir panjang untuk menuangkan pikiran dan perasaan dalam karya, apalagi dengan pertimbangan akankah banyak yang suka.

Menulis untuk saya adalah semacam mengabadikan pengalaman dalam kehidupan. Ada kalanya beberapa saat setelahnya saya membuka kembali arsip lama untuk dibagikan pada yang membutuhkan.

Contohnya tentang pengalaman memilih pompa ASI yang sering dibutuhkan para ibu muda. Sudah berulang kali saya bagikan pada teman-teman dan kenalan yang baru saja menjadi busui. Saya belum berpikir untuk meningkatkan traffic blog agar artikel lebih banyak terbaca karena saat ini masih fokus untuk diri sendiri. Mungkin suatu saat nanti :)

3 comment(s):