Home Top Ad

Responsive Ads Here

Search This Blog

Tiga tahun menikah dan hampir 2 tahun merencanakan program kehamilan. Sudah beberapa kali mendapatkan pengalaman dengan dokter Sp.OG dengan ...

Klinik Baru

Tiga tahun menikah dan hampir 2 tahun merencanakan program kehamilan. Sudah beberapa kali mendapatkan pengalaman dengan dokter Sp.OG dengan berbagai karakternya. Beberapa macam pemeriksaan dan analisis sudah dilakukan. Obat-obatan hormonal dan penyubur pun sudah pernah dicicipi.


Dua minggu yang lalu mas suami gembar-gembor mengenai klinik fertilitas dan IVF di Magelang yang tidak terlalu jauh dari rumah. Program IVF atau in vitro fertilization yang dimiliki klinik tersebut merupakan satu-satunya di Indonesia yang menggunakan siklus alami. Artinya calon ibu tidak diminta mengkonsumsi obat-obatan hormonal untuk memicu pelepasan sel telur, hanya mengandalkan siklus ovulasinya. Imbasnya, biaya IVF di klinik ini sangat terjangkau.


Tapi yang memikat hati untuk mengikuti program hamil di klinik tersebut adalah bujukan mas suami, yang katanya dokternya komunikatif, baik hati, tidak sombong, de el el. Namanya istri solehah, tentunya patuh dengan perintah suami, maka di suatu hari Senin yang cerah, kami menuju ke klinik tersebut. FYI, saat itu siklus hari ke-6 saya, alias sudah akan penghabisan masa menstruasi. Sehari sebelumnya mas suami sudah mendaftarkan nama saya via telepon.


Saya tiba di klinik pada hari H sedikit terlambat dari jadwal. Selain karena jam pulang kantor yang sangat mepet, ditambah sempat ada insiden ban bocor *untung masih ada tambal ban buka*. Masuk ke klinik, saya disambut dengan suasana yang tenang dan serba pink. Mas suami sudah lebih dulu tiba dan mengurus formulir pendaftaran. Setelah berat badan ditimbang, tekanan darah diukur dan berbagai pertanyaan diajukan (“sudah pernah melakukan program apa saja, bagaimana hasilnya, bagaimana siklus menstruasinya, dll).


Nah, bedanya dengan klinik-klinik lain yang sudah pernah saya sambangi, jumlah pasien yang hadir per sesinya tidak semelimpah lainnya. Jadi pada saat konsultasi setelahnya, kami merasa sangat tenang dan nyaman, tidak terkesan diburu-buru. dr. Doddy juga langsung memasang wajah ramah dan perhatian pada kami para pasiennya. Berbagai pertanyaan yang diajukan dijawab dengan santai dan menenangkan. Kami juga menunjukkan hasil analisis sperma suami 6 bulan yang lalu. Pak Dokter kemudian meminta dilakukan analisis ulang mengingat hasil yang sudah cukup lama.


Akhirnya disepakati 4 hari kemudian pada saat siklus hari ke-10 saya, suami melakukan analisis sperma di klinik tersebut dan siangnya saya menemui dr. Yunita untuk deteksi ovulasi dan pertubasi.


Di hari yang dijadwalkan pada pukul 12.30, saya sudah tiba di klinik dan mendapat nomor urut 2. Sebelumnya saya diminta untuk ke lab dan menyerahkan sampel urin untuk dites ovulasi. Sebelumnya suami sudah melakukan analisis sperma di lab yang sama.


Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya masuklah kami ke ruang praktek dr. Yunita. Obsgyn satu ini sangat komunikatif, terlihat cerdas dan pembawaannya menyenangkan. Dan seperti halnya dr. Doddy, konsultasi dengan dr. Yunita terasa santai karena tidak terkesan diburu-buru waktu. Setelah dilakukan USG transvaginal dan membacakan hasil tes ovulasi, dinyatakan bahwa ovulasi akan berlangsung sebentar lagi. Folikel di indung telur sebelah kanan dan kiri sudah menunjukkan tanda-tanda pecah dan sudah terjadi peningkatan kadar hormon LH-FSH. Hasil analisis sperma suami menunjukkan hasil asthenozoospermia, yaitu jumlah sel sperma yang bergerak lurus cepat kurang dari seharusnya. Bu dokter menyarakan mas suami untuk mengurangi aktivitas bermotor dan pola hidup tidak sehat (stress, kurang olahraga, dll), serta meresepkan vitamin E dan asam folat.


Dokter meminta kami untuk makin intens berhubungan di waktu-waktu ini – yang sayangnya tidak bisa sepenuhnya kami patuhi karena kendala jarak –


Selanjutnya kami menuju UGD untuk melakukan pertubasi. Ruangan UGD terasa sangat nyaman karena semua ditata serba putih dan pink, ditambah perawatnya langsung memutarkan lagu instrumental saat kami masuk dan menunggu dr. Yunita selesai praktek. Ketika saya sudah diminta berganti pakaian dan suami sudah dengan kostum a la operasi (yang juga berwarna pink), berposisi di atas meja eksekusi, mendadak ada serombongan orang yang masuk ke dalam ruangan tersebut. Dr. Doddy langsung menghampiri kami dengan ramah dan menyampaikan permohonan maaf karena dalam rangka akreditasi rumah sakit, ada semacam supervisi dari tim penilainya. Saya dan mas suami hanya berbisik-bisik sambil cekakak-cekikik karena merasa surprise dengan keadaan itu.


Setelah menunggu beberapa saat, bu dokter tiba dan prosedur pertubasi dilakukan. Tidak perlu digambarkan bagaimana mules dan linunya saat alat-alat itu dimasukkan ke dalam organ genital saya. Alhamdulillah, hasilnya kedua tuba falopii saya dinyatakan paten, bebas sumbatan.


Mohon doanya semoga program bulan ini berhasil~

0 comment(s):

Jadi ceritanya mas suami baru semangat-semangatnya dengan usaha barunya. Mohon doanya ya semua, semoga usaha baru ini berkah serta menjadik...

About the Kids (When You Want It The Most)

Jadi ceritanya mas suami baru semangat-semangatnya dengan usaha barunya. Mohon doanya ya semua, semoga usaha baru ini berkah serta menjadikan rizki melimpah dan bermanfaat. Nah, karena ada tambahan pekerjaan inilah, mas suami jadi makin sibuk dan susah dihubungi. Padahal saya tipe-tipe perempuan yang gampang terpancing emosi dan air mata kalau sudah merasa kurang perhatian. Untung saja mas suami membebaskan saya untuk melakukan guilty pleasure semacam nyalon dan shopping. Hanya saja akal sehat saya seringkali muncul, merasa kasihan dengan mas suami yang kerja keras banting tulang, mas tega ngabis-abisin uang yang udah jungkir-balik dikumpulkan. Pengalihan perhatian saya kemudian berubah ke hal-hal yang lebih produktif. Ya semacam mulai belajar menjahit, merajut kisah kasih asmara berdua selamanya dompet, tas, dan aksesoris lainnya.

Nah, kebetulan kemarin pas lagi sumpek-sumpeknya pikiran, saya sempat mampir ke toko alat jahit, trus kebelilah itu benang dan resliting buat dompet rajutan warna krem yang sedang on going dikerjakan. Ya, niatnya sih biar bisa bikin rajutan semacam Do*a punya, meski nanti hasil akhirnya tak tahulah seperti apa :p

Kembali ke masalah mancing-mancing emosi, sebenarnya ada satu lagi alasan saya mendadak mellow selain cari perhatian mas suami. Oke, apalagi kalau bukan masalah A-N-A-K…

Beruntung saya punya teman-teman yang senasib sepenanggungan yang perhatian dan selalu saling mendukung di saat-saat paling down kami. Dari obrolan dengan kawan-kawan inilah suatu ketika saya dipertemukan dengan blog Mbak Dian. Kesimpulan yang bisa saya ambil dari acara blog walking itu adalah setiap pasangan akan diberi anak atau tidak, termasuk jenis kelaminnya, adalah hak mutlak dari Tuhan. Mau kita berusaha semaksimal mungkin, dengan campur tangan siapa pun, keputusan akan diberi berapa anak, laki-laki atau perempuan, semua kembali pada Allah.  Pernyataan tentang hal itu sudah jelas-jelas temaktub dalam Al Quran Surat As Syuura ayat 49-50:

49. Milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi; Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, memberikan anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki, dan memberikan anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki,

50. Atau Dia menganugerahkan jenis laki-laki dan perempuan, Dan menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Dia Maha Mengetahui lagi Mahakuasa.

Membaca dua ayat yang disampaikan Mbak Dian tersebut, membuat hati makin adem dan tenang. Meskipun untuk bisa mencapai taraf ketenangan dan kedamaian tertinggi sampai di titik “tidak memikirkan lagi kapan punya anak” dirasa masih sangat jauh untuk bisa dilakukan, setidaknya sekarang kami *saya, terutama* sudah mampu tersenyum dan menjawab dengan tenang jika ada orang-orang bawel perhatian menanyakan hal tersebut.

Siapa tahu, ya, siapa tahu, Tuhan menjawab pertanyaan itu segera :)

0 comment(s):