Home Top Ad

Responsive Ads Here

Search This Blog

Menjadi ibu menyusui biasanya tidak terlepas dari kegiatan memerah ASI. Terlebih jika kita adalah ibu yang bekerja di ranah publik. Berp...

Memilih Pompa ASI yang Paling Cocok a la Ibu Fatha


Menjadi ibu menyusui biasanya tidak terlepas dari kegiatan memerah ASI. Terlebih jika kita adalah ibu yang bekerja di ranah publik. Berpisah sementara waktu dari Si Kecil menimbulkan konsekuensi berupa pemberian ASI perah dengan menggunakan media tertentu.

Bagi sebagian ibu, memerah dengan tangan secara langsung, atau yang lebih dikenal dengan teknik marmet, bisa dengan mudah dilakukan. Beruntung sekali jika buibu menguasai teknik ini. Memerah dapat dilakukan secara efektif karena pengosongan payudara dilakukan dengan lebih baik. Ibu juga bisa meminimalisasi penggunaan alat, sehingga menghemat waktu untuk membersihkan pompa.
Tentang memerah dengan teknik marmet bisa diintip di sini dan sini.

Nah, sayangnya tidak semua ibu mahir memerah tanpa alat, termasuk saya. Makanya bisa dimaklumi jika pompa ASI menjadi salah satu senjata andalan yang menunjang pemberian ASI eksklusif.

Lalu pompa ASI seperti yang sebaiknya kita pilih?

Saat hamil Fatha, dengan penuh percaya diri saya sudah browsing dan mencari review dari banyak busui lainnya tentang pompa ASI terbaik yang pernah mereka coba. Sambil melihat kapasitas dompet, saya pun menjatuhkan pilihan pada Phillips Avent manual. Review menyatakan bahwa menggunakan pompa ini menjanjikan kenyamanan bagi busui. Posisi memompa dapat dilakukan dengan duduk bersandar atau tegak, tidak harus condong ke depan seperti saat menggunakan pompa merk lain. Corong dilengkapi dengan silikon yang empuk sehingga serasa memijat sendiri. Kebetulan toko perlengkapan bayi langganan saya sedang memberikan diskon hingga 150 ribu rupiah untuk pembelian pompa merk ini. Cukup menggiurkan, bukan?


Phillips Avent, gambar diambil dari situs Phillips di sini

Dengan semangat menggelora, saya minta ijin suami dan segera saja pompa tersebut menjadi barang pertama yang saya peroleh untuk Baby Fatha, saat saya masih hamil 4 bulan!

Masalah mulai muncul ketika saya menggunakan pompa ini pertama kali, beberapa saat setelah Fatha lahir. Alih-alih nyaman seperti klaim iklan atau review banyak orang, justru rasa sakit dan perih pada puting yang saya rasakan. Awalnya saya pikir hal ini wajar karena sebagai pemula, saya masih belajar memerah dengan pompa. Ternyata rasa sakit ini tidak juga membaik setelah beberapa hari pemakaian. Hasil perahan pun hanya bisa setetes-dua saja.

Padahal genggaman si Phillips ini enaaak luar biasa. Empuk dan tidak perlu mengerahkan banyak tenaga. Sayang sekali kami tak berjodoh. 

Selanjutnya perjalanan menemukan pompa terbaik mengarah pada Pigeon Manual. Bersyukur sepupu yang sama-sama baru saja menjadi busui mendapat kado pompa berlebih. Saya mendapatkan satu set Pigeon Manual incaran saya darinya. Segera saja, acara memerah pun menjadi lancar dan menyenangkan. Payudara tidak lagi terasa “penuh” setelah diperah.

Terima kasih, Ummi Mbak Bulan :D

Saya jadi berpikir. Apa kira-kira penyebab  ketidakcocokan dengan Si mungil Avent ini?

Usut punya usut, Si Avent tidak cocok di payudara saya karena ukuran corongnya yang terlalu sempit. Sebelum menyusui Fatha, puting payudara saya bertipe “inverted” alias mendelep. Boro-boro terlihat putingnya, ketika dicoba timbulkan dengan spuit supaya keluar, yang ada malah makin perih. Ternyata setelah tekun menyusui Fatha dan si puting mulai terlihat, barulah ketahuan bahwa ukuran si puting ini cukup besar. Saat memerah dengan Si Avent, bagian dinding corong pompa menggesek permukaan puting hingga perih dan lecet.

Terbayang kan sakitnya. Menyusui anak saja masih dalam tahap belajar, ditambah lecet karena pompa pula.

Ketika akhirnya beralih ke pompa kedua, corong pompa sudah disediakan oleh pabrikannya dalam dua ukuran. Apabila tidak cocok dengan ukuran standar, maka bisa beralih pada ukuran yang lebih besar. Itulah mengapa akhirnya saya lebih merasa nyaman dengan Si Pigeon ini.

Pun ketika akhirnya harus kejar tayang memenuhi kebutuhan ASI perah saat Fatha diinapkan di RS, saya memutuskan membeli Spectra 9+ dengan corong ganda yang bisa dipakai memompa sembari memejamkan mata. Ukuran corong Spectra ini bisa di-upgrade ke ukuran yang lebih besar. Pompa ini sangat membantu ketika saya butuh istirahat namun dikejar target memerah.



Gambar diambil dari web Spectra Baby Indonesia di alamat ini

Apalagi jika kedua corongnya digunakan bersamaan dengan menggunakan handsfree bra, kita bisa melakukan aktivitas lain (mengetik, membaca, atau bahkan tidur-tiduran dalam posisi duduk). Biarkan Sang Pompa yang bekerja.

Memang benar, memilih pompa ASI memang sangat tricky. Salah-salah, hasil perahan tidak bisa maksimal dikeluarkan atau lebih parah lagi, puting jadi lecet.

Berdasarkan pengalaman saya menemukan kecocokan hingga klik dengan pompa ASI yang sekarang ini saya pakai, ada beberapa poin yang bisa ibu-ibu jadikan bahan pertimbangan saat akan berburu pompa, yaitu:

  • Kisaran harga tidak melebihi budget yang dimiliki

Kita sendiri yang paling tahu kondisi keuangan kita. Saat ini pompa ASI memiliki kisaran harga yang sangat luas. Dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Umumnya harga pompa manual lebih murah daripada pompa elektrik. Harga pompa elektrik dengan corong tunggal biasanya juga lebih ekonomis daripada corong ganda.

  • Menentukan jenis pompa, manual atau elektrik

Selain karena pertimbangan harga, memilih pompa manual atau elektrik tentunya didasarkan karena kebutuhan. Berdasarkan info di sini, bagi ibu-ibu yang memiliki frekuensi memerah lebih sering, katakanlah 2-3 jam sekali memang direkomendasikan menggunakan jenis pompa elektrik karena lebih praktis. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan volume hasil perahan yang sama cenderung lebih singkat.

Bagi saya pribadi, ada beberapa pertimbangan yang perlu dipikirkan sebelum menentukan jenis pompa. Ringkasnya bisa dilihat pada gambar berikut ini.
      

Dari segi kenyamanan, saya lebih memilih pompa manual. Saat harus bepergian ke luar kota, si pompa manual bisa disimpan dalam satu kotak plastik yang tidak terlalu besar.




Saat digunakan pun, saya merasa proses “pengosongan” (dalam tanda kutip, karena kenyataaannya, payudara tidak benar-benar kosong setelah disusukan atau diperah) lebih optimal bila dibandingkan dengan pompa elektrik. FYI, saya memerah dengan teknik hands-on pumping. Penjelasan lebih lengkap ada di sini. Prinsipnya adalah mengoptimalkan kerja pompa ASI dengan pijatan menggunakan tangan.

  • Pastikan ukuran corong pompa pas dengan ukuran puting

Sebelum memutuskan membeli pompa, tidak ada salahnya kita lakukan test drive, mencoba dahulu beberapa jenis pompa incaran. Memang, tidak disarankan bergantian menggunakan pompa karena seperti halnya cairan tubuh lain, ASI pun bisa mengandung kuman penyakit. Menyewa bisa menjadi pilihan jika tujuannya hanya ingin mencoba kecocokan. Lebih disarankan, kita tetap mengganti bagian yang langsung berkontak dengan cairan ASI seperti botol, corong, dan valve dengan yang baru.

Beberapa merk bahkan memberikan fasilitas trial produknya, dengan catatan kita membeli sendiri botol, corong, dan valve-nya.

Bagi ibu-ibu yang tidak memiliki masalah dengan morfologi puting, alias dari sononya sudah terlihat jelas ukurannya, menentukan ukuran corong cukup mudah dilakukan. Cukup dengan memperkirakan apakah puting kita ada di size standar, atau ekstra.

Bila ingin memastikan lebih akurat, siapkan saja penggaris dan ukur diameter puting. Meski proses menyusui bisa memperbesar diameter puting, perubahannya tidak terlalu signifikan.

Diameter puting ini nantinya bisa digunakan sebagai dasar menentukan ukuran corong. Langkah lebih jelasnya bisa disimak di web Medela berikut ini.

Singkatnya menurut Medela, pengukuran puting dilakukan tanpa memperhitungkan bagian areola.


Kemudian pilih ukuran corong sedikit di atas ukuran puting. Medela sudah punya patokannya sendiri sebagai berikut. Merk lain menyesuaikan.



Secara umum berikut ilustrasi yang diberikan Medela mengenai pas tidaknya ukuran puting terhadap corong.



Beruntunglah buibu dengan size standar. Ada beragam pilihan merk pompa. Namun jika kita memiliki size yang tidak pasaran, jangan khawatir. Merk pompa seperti Spectra atau Medela sudah punya banyak variasi ukuran corong, dari XS hingga XL :)

Jika buibu tidak ingin repot mengukur dan menghitung, saran saya, pilihlah pompa yang sudah menyediakan beberapa ukuran corong dalam satu paket pembelian. Pigeon, contohnya.


  • Pilih merk dengan kemudahan mendapatkan suku cadang 

Pemakaian pompa yang terus-menerus memang berisiko beberapa komponennya aus dan harus diganti. Misalkan saja, valve atau katup karet yang bertanggung jawab terhadap kekuatan hisapan pompa. Bagian ini rentan robek terutama jika kita kurang berhati-hati saat mencuci.

Beberapa merk yang saya sebutkan di atas dapat dengan mudah ditemukan di beberapa toko baik online maupun offline. Sayangnya beberapa merk lain bukan hanya susah didapatkan suku cadangnya. Ketika ada toko yang menjual, harganya ternyata hampir sama dengan harga beli satu unit pompa dalam kondisi baru.

Kan sebel :(

  • Memerah sama prinsipnya dengan menyusui 

Poin terakhir, prinsip memerah sama dengan menyusui secara langsung. Supply on demand. Jika ingin hasil perahan banyak, maka frekuensi memerah pun harus teratur. Idealnya, seperti halnya menyusui langsung, memerah ASI bisa dilakukan setiap 3 jam selama ibu berpisah dari bayinya.
Sebagus dan seoke apapun pompanya, jika kita tidak rajin memerah, maka produksi ASI bisa turun drastis.

Jadi, sudah bisa mantap menentukan pilihan ya Bu? Jangan lupa meniatkan ikhtiar kita memerah dan menyusui sebagai bagian dari ibadah, memenuhi hak anak. Semoga dilancarkan dan dimudahkan setiap prosesnya dan sukses menyusui hingga 2 tahun penuh. Aamiin..


Sumber Bacaan

Raisa Angelin. 2018. Tips Memilih Pompa ASI yang Baik dan Sesuai Kebutuhan. Jangan Asal Beli Biar Nggak Merugi. https://www.hipwee.com/wedding/tips-memilih-pompa-asi-yang-baik-dan-sesuai-kebutuhan-jangan-asal-beli-biar-nggak-merugi/ Diakses pada 8 Februari 2019.

Kevin Adrian. 2018. Cara Memilih Pompa ASI. https://www.alodokter.com/pilah-pilih-pompa-asi. Diakses pada 8 Februari 2019.

Robin Elise Weiss. 2018. How to Tell if Your Breast Pump Flanges Fit. https://www.verywellfamily.com/ways-to-tell-if-your-breast-pump-flanges-fit-2758354. Diakses pada 8 Februari 2019.

Medela. 2018. Breast Shield Sizing: How to Get the Best Fit. https://www.medelabreastfeedingus.com/article/143/breast-shield-sizing:-how-to-get-the-best-fit. Diakses pada 8 Februari 2019.

0 comment(s):