Home Top Ad

Responsive Ads Here

Search This Blog

Mengapa perlu melatih kemandirian? Tentu saja karena tidak selamanya kita sebagai orang tua dapat terus berada di samping anak, menja...

Menumbuhkan Kemandirian Si Kecil

Mengapa perlu melatih kemandirian?


Tentu saja karena tidak selamanya kita sebagai orang tua dapat terus berada di samping anak, menjaganya, dan mendampinginya. Pada suatu titik, orang tua harus melepas anak menghadapi dunianya sendiri. Semakin dini anak diperkenalkan pada kemandirian, maka anak akan lebih cepat mandiri.

Fitrah anak adalah ingin melakukan segala sesuatu sendiri. Ia akan dengan mudah meniru apa yang dilakukan oleh orang dewasa di sekitarnya. Kita sebagai orang tua dapat memanfaatkan kesempatan ini, dengan memanipulasi keadaan sehingga anak dipaksa untuk mandiri. Tidak ada salahnya memberikan tantangan pada anak-anak dan meminimalisir bantuan. Seperti halnya orang dewasa, tantangan ini dibuat sekiranya pada batas maksimal kemampuan anak. Di batas maksimal yang dapat dicapai ini, anak akan berusaha dengan sekuat tenaga, sehingga kemampuannya berkembang dengan baik.
"What doesn't kill you makes you stronger"

Apakah tolak ukur kemampuan ini? Menurut Pak Dodik yang kata-katanya sudah pernah saya tulis pada postingan ini, takarannya adalah tega. Orang tua haruslah tega untuk menahan diri tidak segera memberikan bantuan. Orang tua mesti tega melihat anaknya bersusah payah terlebih dahulu untuk dapat meraih keinginan.

Bagaimana caranya?


Tentunya semua dilakukan secara bertahap, dimulai dari level tantangan paling mudah yang sekiranya anak bisa melakukan. Sedikit demi sedikit tingkat kesulitan bisa ditambah. Orang tua bisa merasakan seberapa ambang batas toleransi anak.

Berdasarkan pengalaman dengan Fatha, langkah yang saya lakukan adalah:

Membuat target latihan untuk Si Kecil


Saat mendapatkan materi melatih kemandirian untuk anak, saya menyambut antusias tantangan yang diberikan. Saat itu saya optimis Fatha akan menikmati setiap game tantangan yang kami siapkan.

Jadi di hari pertama setelah kuliah Bunsay mengenai kemandirian, saya sudah membuat daftar jenis-jenis latihan apa saja yang sekiranya cocok diterapkan untuk Fatha. Dari sekian banyak aktivitas yang berhasil kami identifikasi, secara umum ada 2 kegiatan besar yang kami pilih yaitu:
  1. Berpakaian, meliputi aktivitas memilih pakaian yang akan digunakan, melepas, serta mengenakan baju

  2. Aktivitas merapikan, termasuk merapikan mainan dan meletakkan kembali barang pada tempatnya
Kedua aktivitas besar itu kemudian saya susun dalam wujud habit tracker dan dijadikan checklist untuk pencapaian Fatha. Setiap selesai melaksanakan tantangan, saya memberikan tanda di kolom hari pada baris jenis tantangan yang sudah dikerjakan. Tanda lingkaran jika hasilnya masih belum sesuai harapan, atau tanda bintang jika dirasa Fatha sudah mampu bekerja sama dengan baik.

PicsArt_10-23-03.07.49

Untuk jangka panjang, saya bercita-cita habit tracker ini ditulis dalam lembaran kertas yang lebih besar sehingga dapat ditempel di dinding. Setiap satu tugas ditunaikan dengan baik, Fatha mendapatkan sebuah stiker bintang untuk ditempelkan. Tentunya hal ini akan lebih menarik buat Fatha.


Sounding kepada Si Kecil, termasuk menyampaikan maksud dan tujuan

Segala sesuatu yang melibatkan Fatha, sebisa mungkin kami sampaikan padanya. Apa saja harapan kami terhadapnya juga kami komunikasikan. Misalnya ketika kemarin saya dan Ayah Fatha sepakat untuk mengajarkan Fatha mandiri dalam hal berpakaian. Saat informasi tersebut belum disampaikan, Fatha masih menganggapnya sambil lalu. Ternyata begitu hari berikutnya kami coba ajak bicara, Fatha menyambut baik aktivitas lepas-lepas baju :)

Konsisten menjalankan latihan

Lagi-lagi sedikit oleh-oleh dari Workshop "A" Home Team kemarin. Keluarga Padepokan Margosari memberikan pernyataan yang membuat saya dan suami merenung,
Pembiasaan adalah untuk binatang. Melatih binatang untuk bisa melakukan sesuatu adalah dengan dibiasakan. Manusia dapat dibedakan dari binatang karena kemampuannya berpikir.

Oleh sebab itu, mendidik anak memerlukan aktivitas berpikir. Artinya kita sebagai orang tua tidak hanya memberikan instruksi dan berharap anak serta-merta menuruti. Melibatkan anak untuk memperhatikan sebab dan akibat atau konsekuensi atas tindakan yang tidak atau yang justru dilakukan bisa menjadi salah satu solusi.

Contoh kasusnya begini. Saat itu Fatha masih asyik bermain dengan kabel dan pengisi daya ponsel saya walau sudah saatnya ia mandi pagi. Padahal saya juga sudah harus bersiap-siap berangkat ke kantor. Saya menyampaikan pada Fatha,

"Nak, sudah saatnya mandi. Semakin lama Fatha main, waktu  cibung-cibungnya berkurang lho. Mari mandi sekarang".

Harapan saya, Fatha sudah terbiasa memahami sebab-akibat segala sesuatu sehingga ia dapat bertanggung jawab atas keputusan yang ia pilih. Bukan hanya sekedar terbiasa melakukan sesuatu.

Mengucapkan terima kasih

Salah satu bentuk reward yang sepakat untuk kami berikan pada Fatha setiap kali ia berhasil adalah ucapan terima kasih yang tulus. Kadang bentuk penghargaan yang spontan berupa tepuk tangan juga kami lakukan. Bentuk apresiasi yang sederhana ini diharapkan lebih mengena buat Fatha. Ada saatnya Fatha lebih dulu bertepuk tangan untuk dirinya sendiri jika ia berhasil melakukan pencapaian.

Semoga Fatha selalu jadi anak yang bahagia dan berakhlak mulia ya Nak :)

#AliranRasa
#GameLevel2
#Level2
#KuliahBundaSayang
#Bunsay4
#MelatihKemandirian
#InstitutIbuProfesional


Sumber Bacaan

Dodik Mariyanto. 2018. Workshop “A” Home Team (Membangun Keluarga Berkualitas “A”) di Salatiga, 20 Oktober 2018.

Materi #2 Program Bunda Sayang Batch #4. 2018

0 comment(s):

Hari ini merupakan hari terakhir kesempatan mengumpulkan tantangan 10 hari melatih kemandirian. Kegiatan mandi Fatha sedikit tertunda kare...

Melatih Kemandirian Day #16


Hari ini merupakan hari terakhir kesempatan mengumpulkan tantangan 10 hari melatih kemandirian. Kegiatan mandi Fatha sedikit tertunda karena keasyikannya bermain-main.

Jadi Fatha sedang senang-senangnya dengan segala macam kabel dan colokan. Setiap saya lengah, tiba-tiba ia sudah asyik bermain dengan kabel charger dan kepalanya, atau headphone dengan kabel yang sudah terurai.

PicsArt_10-22-10.09.43

Pernah sekali saya kecolongan, headphone kesayangan saya sudah "dicolokkan" di teralis jendela entah sejak kapan. Ketika saya coba gunakan, tiada suara terdengar. Hiks..

Karena waktu mandi sempat tertunda oleh acara bermain, saya cukup terburu-buru mengajaknya mandi. Alhamdulillah Fatha cukup mengerti keterbatasan waktu saya, dan ia menurut saat saya minta segera melepas pakaian.

Acara mandi pagi berlangsung cepat dan tepat karena minus berendam a.k.a. cibung-cibung. Setelahnya, dengan badan dibalut handuk, ia menggelendot manja sambil berujar, "nin"..

Kesempatan bagi saya untuk membujuknya, "Segera pakai baju yuk Nak, supaya badannya tidak dingin lagi.."

Dan Fatha menurut.

Terima kasih Nak :)

#Harike16
#Tantangan10hari
#GameLevel2
#KuliahBundaSayang
#MelatihKemandirian
#InstitutIbuProfesional

1 comment(s):

Hari ini banyak kejutan yang diberikan oleh Fatha. Setelah ia mau melepas sendiri celananya saat akan mandi (tentunya dengan diiringi berla...

Melatih Kemandirian Day #15

Hari ini banyak kejutan yang diberikan oleh Fatha. Setelah ia mau melepas sendiri celananya saat akan mandi (tentunya dengan diiringi berlari-larian dan memanjat-manjat), acara cibung-cibung berlangsung damai. Ia bersedia mandi dengan tenang sambil berendam di dalam ember kesayangannya sementara saya sempat mencuci beberapa potong pakaian.

Setelah beranjak dari kamar mandi dan mengeringkan badan dengan handuk, Fatha bersedia ganti baju sendiri dengan bantuan Sang Ibu. Saya cukup takjub dengan kerja samanya.

Ternyata cerita belum berhenti di situ. Saat saya lengah membalikkan badan untuk mengambil body lotion, tadaaaaa

PicsArt_10-22-10.15.33

Pakaian bersih yang sudah dilipat dan siap masuk lemari sedang dalam kondisi aporak poranda. Fatha sudah menemukan permainan baru: memanjat tumpukan baju dalam keranjang pakaian ^^;

Perasaan saya campur aduk antara geli Fatha kreatif menemukan permainan baru dan sedih karena hasil kerja tadi sepagian roboh karena aksi Fatha.

Mari syukuri saja. Toh kamar berantakan bak kapal pecah masih bisa dirapikan saat Fatha tidur :)

#Harike15
#Tantangan10hari
#GameLevel2
#KuliahBundaSayang
#MelatihKemandirian
#InstitutIbuProfesional

0 comment(s):

Sabtu (20/10) lalu, Community Based Education (CBE) Kampung Juara menyelenggarakan sebuah workshop mengenai bagaimana membentuk keluarga be...

Workshop "A" Home Team (Membangun Keluarga Berkualitas "A")

Sabtu (20/10) lalu, Community Based Education (CBE) Kampung Juara menyelenggarakan sebuah workshop mengenai bagaimana membentuk keluarga berkualitas “A”. Acara yang diberi judul “A” Home Team itu mengundang Bu Septi Peni Wulandani dan Pak Dodik Mariyanto dari Padepokan Margosari yang sudah banyak dikenal sebagai penggagas Ibu Profesional, School of Life Lebah Putih, Jaritmatika, dan banyak komunitas lainnya.

Saya dan Suami sebenarnya sudah sejak beberapa minggu sebelumnya tertarik mengikuti acara ini. Duluuu sekali saat Fatha belum lahir, kami pernah mengikuti acara tadabur alam yang diselenggarakan oleh CBE dan berkesempatan mendengarkan kisah-kisah beliau. Rasanya ingin mengisi kembali semangat kami dalam membangun cita-cita keluarga.

Sayangnya, acara tersebut dijadwalkan hampir berbarengan dengan acara kantor Suami yang mana beliau terlibat sebagai panitia. Suami berjanji akan memberikan kepastian mengenai bisa tidaknya hadir saat H-1.

Alhamdulillah di hari yang dijanjikan, beliau menyampaikan kabar gembira. Atasan Suami memberikan lampu hijau atas izin yang disampaikan suami, dengan catatan pada Hari Sabtu sebelum pukul 18.00, Suami sudah tiba di venue acara.

Secepat kilat kami mendaftar untuk acara tersebut dan kami bersyukur masih ada seat :)


Sebelum Acara

Meskipun panitia menyediakan Kids Corner bagi keluarga yang membawa anak, kami sepakat untuk menitipkan Fatha bersama Uti. Alasannya, usia minimal untuk anak dititipkan di Kids Corner adalah 24 bulan. Fatha belum memenuhi syarat. Sebenarnya bisa saja kami mengajak Fatha masuk ke dalam ruang kelas sepanjang acara. Namun mengingat betapa aktifnya Fatha saat ini, kami tidak berani mengambil risiko acara belajar jadi terganggu dengan keasyikan bermain bersama Si Kecil.

Akhirnya saya berangkat hanya berdua saja bersama Suami.

Sesampainya di venue, Hotel Laras Asri Salatiga, kami sempat takjub dengan background panggung. Penggunaan MMT sudah telalu mainstream sehingga panitia memilih memanfaatkan glass board sebagai media membuat background. Menurut cerita Mbak Ade (Rumah Jelajah) sebagai Bu Lurah CBE Kampung Juara, ide menggunakan glass board ini muncul tiba-tiba. Berkat tangan dingin Mas Kliwon, dalam waktu 1 jam, jadilah hasil karya berikut ini.

PicsArt_10-21-09.19.23

Tentunya penggunaan media ini lebih less waste karena meminimalisir MMT yang hanya dapat digunakan sekali. Cocok dengan konsep yang diusung oleh CBE Kampung juara, zero waste. Konsep zero waste ini sudah terasa saat mendaftar ulang. Kami disambut oleh ceria dan ramahnya anak-anak Kampung Juara yang memberikan name tag serta satu buah cangkir untuk masing-masing peserta yang hadir. Panitia menyediakan air mineral dalam dispenser di belakang ruangan sehingga peserta bisa sewaktu-waktu mengisi ulang botol minum atau cangkirnya.


Berlangsungnya Acara

Acara tepat dimulai pukul 08.30 sesuai rencana. Kami disambut oleh penampilan anak-anak Kampung Juara: Young Wish Band dan sambutan dalam 3 bahasa, Bahasa Inggris, Korea, Dan Jawa, yang dibawakan dengan sangat fasih oleh Mbak Devi.

"A" Home Team merupakan salah satu tahapan dalam rangkaian  workshop mengenai keluarga. Selain materi dasar ini, diagendakan dalam 2 bulan ke depan akan diselenggarakan workshop serupa dengan tema family strategic planning.

Bu Septi mengawali materinya dengan menyampaikan oleh-oleh dari Silicon Valley, USA, markas Facebook. Bu Septi berkisah mengenai kronologis bagaimana akhirnya dapat bergabung dengan Facebook Community Leadership Program dengan berbekal kemantapan hati, kepercayaan diri, dan niat yang tulus mendedikasikan diri untuk anak-anaknya. Di tengah keterbatasan bahasa, Bu Septi dengan percaya dirinya menulis proposal dalam Bahasa Indonesia meski seleksi diadakan oleh perusahaan multinasional, meyakini bahwa tim penyeleksi akan menemukan cara menerjemahkan proposal tersebut.

Beliau juga menceritakan tentang negosiasi yang dilakukan dengan pihak panitia hingga akhirnya Mbak Ara, putri keduanya, dapat ikut mendampingi beliau di Amerika. Dengan bangga beliau berkisah bahwa pada acara yang diselenggarakan oleh Facebook itu, Mbak Ara yang menjadi bintangnya. Bu Septi justru dikenal sebagai “Ibunya Ara”.
Satu hal yang berkesan bagi saya, Bu Septi selalu menekankan bahwa kemuliaan ibu ada pada anaknya. Ketika segala daya upaya orang tua diniatkan untuk anaknya, maka hasil yang diperoleh pun lebih spektakuler apabila dibandingkan dengan pekerjakan atau kegiatan yang diniatkan untuk kepentingan atau nama baiknya sendiri.

Selain itu Bu Septi kembali mengingatkan saya bahwa kita sebagai orang tua harus menyelesaikan tugas mendidik anak sesuai fitrahnya saat pre akil baligh. Maka ketika anak-anak sudah menginjak usia dewasa yang ditandai dengan akil baligh, mereka sudah tahu ke mana harus melangkah dan apa tujuan hidup mereka. Anak kemudian menjadi pengambil keputusan atas hidup mereka sendiri.

Kembali pada tema membentuk keluarga berkualitas “A”, Bu Septi dan Pak Dodik memberikan kami latihan untuk dipraktekkan. Masing-masing keluarga diminta membuat diagram venn pada kertas flip chart yang sudah disediakan. Masing-masing lingkaran merepresentasikan satu individu dalam keluarga, dalam hal ini suami dan istri. Selanjutnya masing-masing lingkaran tersebut diisi dengan aktivitas yang sering dilakukan oleh masing-masing pasangan. Diidentifikasi pula aktivitas mana yang sering dipermasalahkan oleh pasangannya. Tak lupa pada bagian irisan kedua lingkaran dituliskan aktivitas yang sering dan dapat dilakukan bersama-sama.

Setelah aktivitas-aktivitas tersebut teridentifikasi, kami diminta untuk mencari solusi bagi aktivitas yang menjadi masalah bagi pasangannya.

Dalam kasus saya dan suami, misalnya, main games adalah salah satu kegiatan suami yang saya kurang suka. Pasalnya waktu bersama yang kami miliki sebagai pasangan cukup terbatas. Di saat kami dapat bertemu di akhir pekan, saya berharap suami dapat mencurahkan waktunya untuk saya dan putra kami. Ternyata, suami juga kurang menyukai sifat saya yang kurang disiplin. Ketika berencana akan keluar bersama, saya biasanya menghabiskan waktu lebih lama dari yang sudah disepakati.

Akhirnya muncul sebuah solusi, waktu untuk persiapan pergi harus dibuat lebih awal. Selama suami menunggu saya, ia diperbolehkan untuk memainkan game favoritnya.

Sesimpel itu :)

PicsArt_10-21-08.57.20.jpg

Diagram venn yang sudah kami buat itu kemudian dapat ditambahkan sesuai jumlah anggota keluarga yang ada. Nantinya di rumah, kami perlu memasang kertas tersebut di tempat yang mudah diakses oleh seluruh anggota keluarga sehingga dapat diisi oleh siapa saja. Dengan begitu kami dengan mudah dapat mengidentifikasi aktivitas menyenangkan apa yang dapat kami lakukan bersama-sama. Kami juga bisa memberikan kritikan atau masukan mengenai kegiatan atau aktivitas anggota keluarga lain yang dirasa membuat diri sendiri kurang nyaman.

Oh iya, kami juga diminta menuliskan indikator sebuah keluarga dapat dikategorikan berkualitas “A”. Indikator ini sifatnya customized, disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan masing-masing keluarga. Artinya, kebahagiaan keluarga kami hanya ditentukan oleh keluarga kami sendiri dan bukan oleh keluarga lain. Kami tidak perlu membandingkan atau melirik keluarga lain untuk bisa bahagia dan mencapai impian kami.

Indikator ini haruslah sesuatu yang dapat diukur. Misalnya, kami bahagia jika komunikasi berjalan dengan baik. Indikatornya adalah minimal sekali dalam seminggu, kami dapat berdiskusi mengenai evaluasi kegiatan seminggu yang lalu serta rencana kegiatan seminggu ke depan.

Tahapan yang diperlukan untuk membentuk “A” Home Team adalah:

  1. Membentuk tim: Ciri-ciri sebuah tim adalah memiliki tujuan dan tata nilai bersama. Selain itu tim harus memiliki cara berkomunikasi koordinasi yang baik.
  1. Menentukan target dan indikator keberhasilan

  2. Menentukan peran masing-masing
Dalam kasus keluarga kami dengan usia anak masih 1 tahun, menentukan peran anak memang cukup tricky. Berdasarkan pengalaman Bu Septi, pada usia 0-5 tahun, orang tua perlu memposisikan diri sebagai teman bermain Si Kecil. Untuk mengajarkan tanggung jawab, anak perlu diberi kesempatan menjadi manajer dengan pilihan peran yang ia tentukan. Contohnya saat anak memlih menjadi manajer toilet, orang tua menjelaskan tugas apa yang harus ia lakukan. Anak juga perlu ditanyai indikator sukses menurut versinya. Pengalaman Mbak Enes, putri pertama Bu Septi dan Pak Dodik, ia diberi kesempatan menjadi manajer toilet selama 2 jam, dan anggota keluarga lain dipersilakan makan di toilet.. Anak diberikan atribut sebagai manajer, misalnya topi atau emblem.

PicsArt_10-21-08.54.58.jpg

Mendengarkan kisah keluarga Padepokan Margosari yang inspiratif membuat saya dan suami makin bersemangat untuk menentukan mimpi yang tinggi, namun dapat dijangkau. Beberapa ide di kepala kami perlu untuk dikeluarkan dengan brainstorming dan dipetakan strategi untuk merealisasikannya.

Terlebih ketika kami bertemu dengan keluarga lain yang terlihat lebih “matang” dalam hal konsep dan tujuan hidupnya. Contohnya “Doyan Dolan” milik Keluarga Pak Lukmanul Hakim dan Bunda Noor Widyaningsih. Mereka memantapkan hati berbagi ilmu mengenai parenting dan jahit-menjahit melalui kegiatan “jalan-jalan”.

Beruntungnya kami, di akhir sesi acara, saat door prize dibagikan, kami sempat mendapatkan tote bag lucu dari Pol.Ja milik Bunda Noor. Alhamdulillah :)

PicsArt_10-21-09.15.06.png

Nb: door prize yang kami dapatkan berdasarkan penilaian panitia untuk kategori pasangan paling mesra. Saya dan suami tertawa geli sepulangnya dari acara. Tidak menyangka anggapan "mesra" dinobatkan pada kami. Usut punya usut, salah satu panitia menyatakan bahwa pada saat sesi awal melihat saya dan suami bertangisan. Hehehe.

Bagaimana bisa?

Jadi ketika di awal materi Bu Septi meminta masing-masing pasangan berhadap-hadapan, saling memegang paha, dan menyatakan pada pasangan betapa hebatnya dulu saat pertama kali berjumpa, saya dan suami yang sama-sama melankolis tiba-tiba flashback ke masa 5 tahun lalu. Saya jadi teringat betapa banyak kesalahan saya pada suami dan betapa ia dengan sabar memaafkan kesalahan, keegoisan, bahkan tak segan membimbing saya menjadi istri dan ibu yang lebih baik.

Apalagi saat panitia memberi kesempatan untuk saling memeluk pasangan, spontan kami berpelukan.

Di akhir acara barulah kami tersadar, kami adalah pasangan paling "lebay" (dalam arti yang baik tentu saja :D

3 comment(s):

Perjalanan melatih kemandirian bagi Fatha memang seru-seru menggemaskan. Ada saja ulahnya untuk menghindar dari latihan ini. Seperti berala...

Melatih Kemandirian Day #14

Perjalanan melatih kemandirian bagi Fatha memang seru-seru menggemaskan. Ada saja ulahnya untuk menghindar dari latihan ini. Seperti beralasan meminta "nenen" di tengah acara ganti baju pasca mandi. Atau melarikan diri dari kamar tidur ketika saya sedang merayunya untuk memakai celana sendiri.

Oya, salah satu alasan mengapa melepas baju dan mengenakan celana sendiri menjadi target latihan kemandirian Fatha adalah karena kami menargetkan untuk mulai membiasakannya toilet training pada usia 18 bulan. Dalam waktu 2 bulan ini kami berharap Fatha sudah mampu melepas dan memakai celana sendiri sehingga latihan toilet training dapat berjalan lancar, Insya Allah.

Mengenai latihan kemandirian ini, ada oleh-oleh menarik dari acara Workshop "A" Home Team di Salatiga kemarin.
Pak Dodik Mariyanto menjelaskan bahwa membentuk keluarga itu haruslah berlandaskan pada kasih sayang. Untuk mendidik anak, takarannya adalah tega.

Tega yang membentuk karakter anak menjadi lebih tangguh, menempa kemandiriannya, dan tentu saja tetap berlandaskan kasih sayang tadi.

Penjelasan Pak Dodik itu membuat saya dan suami berpandangan. Semakin memantapkan hati bahwa melatih Fatha mandiri memang butuh proses terus menerus dengan konsisten dan memerlukan kesabaran orang tuanya. Tidak masalah progressnya naik turun, yang penting kami membiarkan fitrahnya melakukan aktivitas secara mandiri dapat berkembang.

#Harike14
#Tantangan10hari
#GameLevel2
#KuliahBundaSayang
#MelatihKemandirian
#InstitutIbuProfesional

Referensi

Dodik Mariyanto. 2018. Workshop "A" Home Team (Membangun Keluarga Berkualitas "A") di Salatiga, 20 Oktober 2018.

1 comment(s):

Hari ketiga belas mengajarkan Fatha mengenai kemandirian, terutama dalam hal berpakaian, sudah terasa cukup konsisten. Ia mulai jarang mere...

Melatih Kemandirian Day #13

Hari ketiga belas mengajarkan Fatha mengenai kemandirian, terutama dalam hal berpakaian, sudah terasa cukup konsisten. Ia mulai jarang merespon negatif instruksi melepas pakaian saat akan mandi. Ia juga senang diberi tugas meletakkan pakaian kotor pada tempatnya. Apalagi jika sudah diberi iming-iming "bermain air".

Jadi kami mulai menambahkan tantangan level ini dengan memakai pakaian sendiri. Supaya tidak mengulangi kesalahan sebelumnya, kami mengajak Fatha ngobrol mengenai kesepakatan ini.

"Fatha sudah makin pintar melepas pakaian sendiri. Ibu bangga deh sama Fatha," dan ia menjawab dengan tawa menggemaskan.

"Mulai hari ini, Fatha belajar pakai celana sendiri ya. Ibu bantu seperlunya," sambung saya.

Pada prakteknya, belum bisa berjalan seperti harapan. Fatha masih asyik melarikan diri dari saya. Kita coba ulang besok pagi :)

#Harike13
#Tantangan10hari
#GameLevel2
#KuliahBundaSayang
#MelatihKemandirian
#InstitutIbuProfesional

0 comment(s):

Beberapa minggu terakhir ini Fatha semakin bersemangat menyusu. Setiap melihat wajah ibunya, kata-kata pertama yang langsung muncul dari m...

Melatih Kemandirian Day #12


Beberapa minggu terakhir ini Fatha semakin bersemangat menyusu. Setiap melihat wajah ibunya, kata-kata pertama yang langsung muncul dari mulutnya adalah "nenen". Dia akan langsung menggandeng saya, meskipun dalam kondisi baru pulang dari kerja yang notabene SOP rutin adalah mandi terlebih dahulu. Selanjutnya, ia menunjuk tempat tidur dan menginstruksikan, "bobok".

Tak lupa Fatha menarik selimut ungu favoritnya dan memposisikan diri untuk menyusu. Saat-saat seperti inilah yang kadang masih membuat saya dilema. DI satu sisi saya belum membersihkan diri, di sisi lain ingin segera menunaikan hak menyusu buat anak.

Jalan tengah yang saya ambil adalah merayunya untuk rela bersabar menunggu saya mandi kilat. Kadang berhasil, seringnya gagal :(

Hari kemarin, saya hitung selama 30 menit waktu istirahat kerja (30 menit sisanya untuk perjalanan pulang pergi), total Fatha meminta nenen 4 kali. Wow..

Sepertinya dalam waktu beberapa hari ke depan saya akan membuat kesepakatan dengan Fatha mengenai kewajiban saya minimal cuci tangan, kaki, dan wajah sebelum bermain dengannya.

Kembali pada topik melatih kemandirian, hari kemarin Fatha sudah makin bisa diandalkan untuk diberikan instruksi melepas pakaian dan meletakkannya ke dalam keranjang cucian. Kuncinya adalah memberikan pakaian yang cukup longgar serta mudah dilepas.

Ia juga sudah sering meminta sendok sendiri saat makan. Kadang jika sudah bosan, Fatha akan mulai gantian menyuapi saya atau Uti. Anak kecil memang paling jago menirukan.

#Harike12
#Tantangan10hari
#GameLevel2
#KuliahBundaSayang
#MelatihKemandirian
#InstitutIbuProfesional

0 comment(s):

Setelah harus  go-show  ke Jakarta selama 1 hari, saya kemudian tepar. Beberapa pekerjaan di rumah terpaksa harus dipending dulu untuk dik...

Melatih Kemandirian Day #11


Setelah harus go-show ke Jakarta selama 1 hari, saya kemudian tepar. Beberapa pekerjaan di rumah terpaksa harus dipending dulu untuk dikerjakan, termasuk melipat baju dan merapikan lemari. Oh iya, saya tidak terlalu rajin menyeterika. Hanya pakaian-pakaian yang tertentu saja yang perlu diseterika, misalnya pakaian kerja dan pakaian untuk bepergian. Lainnya cukup dilipat dengan rapi dan masuk lemari. Cukup menghemat tenaga dan energi, baik energi listrik maupun energi Ibu Fatha :)

Saking teparnya, saya sampai lupa belum berkisah mengenai progress latihan kemandirian Fatha. Huhuhu..

Jadi hari kemarin Fatha bersemangat untuk segera mandi dan bermain air. Sepertinya karena hari sebelumnya diberikan akses untuk menyiram tanaman dan bermain selang, ia ingin mengulang keriaan itu..

Nah, kesempatan untuk menyisipkan lagi latihan kemandirian buat Fatha.

Saya meminta Fatha melepas pakaiannya sendiri, seperti biasa, ia sibuk bermain dan memilih untuk tetap berlarian ke teras depan. Saya rayu dengan kata kunci, "Mari Nak, kita bermain air, cibung-cibung, cipik-cipik."

Dan benar saja, ia mendekat dan meminta saya untuk segera melepaskan pakaiannya. Saya pancing dengan membantu membuka kancing bajunya, dan Fatha bergegas melepas piyama serta kaos dalamnya. Saya masih ikut turun tangan membantu melepas celana panjangnya, namun kali ini tanpa drama.

Setelahnya, Fatha masih semangat meletakkan pakaiannya ke dalam keranjang. Lebih tepatnya "melempar".

PicsArt_10-18-08.09.12

Saya mengucapkan terima kasih atas kerja sama Fatha hari itu..

#Harike11
#Tantangan10hari
#GameLevel2
#KuliahBundaSayang
#MelatihKemandirian
#InstitutIbuProfesional

0 comment(s):

Perjalanan sepuluh hari berlatih kemandirian memang benar-benar menantang, bahkan untuk anak seusia Fatha. "Mendidik tidak bisa mendad...

Melatih Kemandirian Day #10

Perjalanan sepuluh hari berlatih kemandirian memang benar-benar menantang, bahkan untuk anak seusia Fatha. "Mendidik tidak bisa mendadak". Jadi segala bentuk pembelajaran ini memang proses panjang yang tidak bisa instan. Kadang dijalani anak dengan suka cita dan terlihat lancar-lancar saja. Tak jarang anak memilih untuk melakukan tidak sesuai aturan main.
Fasilitator kami, Mbak Sindu, menguatkan, "Tidak cukup 17 hari melatih kemandirian. Butuh waktu sampai bertahun-tahun untuk membuat mereka mandiri. Pada dasarnya anak adalah pembelajar sejati, pasti ada rasa ingin bisa melakukan sendiri. Tinggal bagaimana respon kita, apakah akan memupuk fitrah atau justru tanpa sadar kita pupuskan. Jika yang kedua terjadi, maka kita sendiri yang akan kerepotan saat anak sulit untuk mandiri.

Menarik memang terlibat langsung dalam memilihkan dan membuatkan aturan untuk Fatha. Yang awalnya masih ragu-ragu dengan kemampuannya, makin hari makin penasaran dengan uji coba kemampuannya yang lain.,

Seperti hari ini, mendadak saya harus pergi ke luar kota di saat Fatha belum bangun. Saya kehilangan satu kesempatan untuk mengajarkannya konsisten melepas pakaian sendiri. Namun saya sudah berpesan pada Uti Fatha untuk tetap dapat melatih Fatha melepas pakaian sendiri, semampunya.

Sore tadi Uti melaporkan bahwa sebelum mandi, Fatha sudah bermain air dengan gayung dan ember. Dia sedang belajar menyiram tanaman, Uti berkisah. Fatha juga meminta selang air Uti dan mencoba menyemprotkan ke tanaman, realisasinya semprotan dilakukan ke segala arah, termasuk badan Fatha sendiri.

Fatha berteriak, "Nin, nin, pas, pas.." (dingin, dingin, lepas, lepas). Ternyata ia meminta dilepaskan bajunya. Uti membantu membuka kancing dan dilanjutkan oleh Fatha.

Setelahnya Fatha mandi sore dengan air hangat dan tidak mau berhenti bermain air..

Alhamdulillah, makin banyak aktivitas yang dijajal oleh Fatha dan terlihat pula keinginannya melakukan sendiri sampai bisa..

#Harike10
#Tantangan10hari
#GameLevel2
#KuliahBundaSayang
#MelatihKemandirian
#InstitutIbuProfesional

3 comment(s):

Masalah memantapkan hati mengenai pemilihan jenis latihan kemandirian untuk Fatha yang kemarin  dan beberapa saat lalu sempat membuat saya ...

Melatih Kemandirian Day #9: Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)

Masalah memantapkan hati mengenai pemilihan jenis latihan kemandirian untuk Fatha yang kemarin dan beberapa saat lalu sempat membuat saya galau, alhamdulillah mulai menunjukkan titik terangnya. Semua berawal dari keisengan saya memantau perkembangan Fatha melalui Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP).

Kuesioner ini memiliki dua bagian besar, yaitu bagian utama (penilaian perkembangan) dan cara melakukan stimulasi perkembangan pada anak. Oh iya, sebelum menggunakannya, kita harus memilih terlebih dahulu kategori usia yang sesuai bagi si kecil. Misalnya Fatha yang berusia 16 bulan cocok menggunakan penilaian perkembangan untuk usia 15 bulan. Sedangkan stimulasi perkembangannya menggunakan cara stimulasi untuk kategori usia 15-18 bulan.
Berdasarkan KPSP di atas, beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk menstimulasi kemampuan sosialisasi dan kemandiriannya adalah dengan membiarkan anak membuka bajunya sendiri dan memberi bantuan sesedikit mungkin. Selain itu anak bisa dilatih membereskan mainan dan membantu kegiatan di rumah. Awalnya dengan memberikan bantuan, sedikit demi sedikit biarkan ia melakukan sendiri.

Saya semakin yakin bahwa kesepakatan kami kemarin mengenai latihan kemandirian sudah cukup tepat. Kemampuan melepas baju sendiri memang sudah seharusnya dimiliki oleh anak seusia Fatha. Oleh sebab itu kami makin bersemangat melakukan latihan ini.

Hari kesembilan, Fatha sudah bisa lebih konsisten melepas pakaiannya meskipun kadang diikuti dengan lari-lari dan menjelajah kamar. Selain itu Fatha juga sudah mulai rajin meletakkan mainannya yang selesai digunakan ke dalam kotak mainannya walau harus dengan instruksi dari ibu.

PicsArt_10-15-01.14.42

#Harike9
#Tantangan10hari
#GameLevel2
#KuliahBundaSayang
#MelatihKemandirian
#InstitutIbuProfesional

0 comment(s):

Alhamdulillah hingga hari kedelapan, praktek latihan kemandirian Fatha masih terasa menantang dan menyenangkan. Ia masih konsisten melepas...

Melatih Kemandirian Day #8


Alhamdulillah hingga hari kedelapan, praktek latihan kemandirian Fatha masih terasa menantang dan menyenangkan. Ia masih konsisten melepas kaos dan celananya sendiri dengan sedikit bantuan. Bonusnya, Fatha sekarang langsung meletakkan baju kotornya ke dalam ember cucian tanpa disuruh.

Bahkan hari ini, ketika ember yang biasa digunakan untuk mengumpulkan cucian sedang dipakai menampung air, Fatha secara otomatis masih meletakkan bajunya ke dalam ember tersebut. Akibatnya air bersih kami harus digunakan untuk keperluan selain mencuci piring dan pakaian :)

Bonus lainnya, Fatha sudah makin bersemangat makan dan menyuap sendiri makanan dari piringnya. Meskipun masih berantakan dan belum konsisten hingga habis.

Beberapa hal yang saya jadikan catatan penting mengenai latihan kemandirian selama 8 hari ini di antaranya adalah:

1. Mengenali kemauan dan kesiapan anak dengan baik

Biasanya anak akan menunjukkan tanda-tanda kesiapan melakukan sesuatu hal. Contohnya untuk toilet training, berdasarkan kisah teman-teman, anak sudah mampu meberikan sinyal akan BAB atau BAK. Biarpun belum bisa berkata, misalnya, anak yan memberikan sinyal dengan gestur atau bahasa tubuh sudah dapat dilatih toilet training.

Untuk kasus Fatha, ia sudah menunjukkan keinginannya untuk memilih pakaian yang akan dikenakan maupun melepas bajunya sendiri. Juga keinginan untuk makan dengan usahanya sendiri (termasuk menyuapi orang lain jika sudah mulai bosan).

Walau kadang saya masih merasa ragu, apakah pilihan jenis latihan ini sudah sesuai bagi Fatha atau belum, tapi selama konsisten menjalaninya, alhamdulillah perlahan menunjukkan hasil yang membahagiakan.

2. Memberikan kepercayaan pada anak untuk melakukan semuanya sendiri.

Untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan melatih kemandiriannya, orang tua perlu menahan diri untuk tidak langsung memberikan bantuan ketika anak mendapat kesulitan saat praktek. Poin ini masih menjadi tantangan bagi saya karena biasanya saya merasa "gatal" untuk langsung turun tangan membantu. Terutama jika diburu waktu dan gerakan Fatha dirasa kurang cepat.

Tentunya kepercayaan tadi tetap perlu diimbangi dengan pengawasan. Dalam kasus Fatha hari ini, ia sudah berhasil mencelupkan pakaian kotornya ke dalam ember yang tidak seharusnya. Lain waktu saya harus mengawasinya dengan lebih baik agar tidak kecolongan lagi. Hehehe.

Anyway, terima kasih sudah mau berusaha ya Nak ^^

#Harike8
#Tantangan10hari
#GameLevel2
#KuliahBundaSayang
#MelatihKemandirian
#InstitutIbuProfesional

1 comment(s):

Hari terakhir minggu pertama ini sangat menantang buat Ibu Fatha mempraktekkan latihan kemandirian untuk Fatha. Pasalnya kondisi ayah Fath...

Melatih Kemandirian Day #7


Hari terakhir minggu pertama ini sangat menantang buat Ibu Fatha mempraktekkan latihan kemandirian untuk Fatha. Pasalnya kondisi ayah Fatha yang baru saja keluar dari RS akibat vertigo yang dideritanya dan Fatha yang masih diare.

Ibu yang masih ada pekerjaan di luar kantor akhirnya memboyong ayah dan Fatha ke hotel sehingga bisa diawasi dengan baik tanpa memecah perhatian seperti hari-hari sebelumnya, pergi pulang di dua kota. Ibu belum bisa memberikan pilihan pakaian Fatha untuk dibawa karena waktu yang cukup terbatas. Pun ketika waktu tidur tiba, Fatha masih asyik menjelajah kamar tidurnya.

PicsArt_10-13-10.36.31.png

Meskipun demikian, saat menjelang mandi keesokan harinya, Fatha cukup kooperatif. Ia melepas sendiri piyama tidurnya setelah dibantu ibu membuka kancing bajunya.

Acara mandi juga terasa menyenangkan karena Fatha bermain air di "ember mandi" yang berukuran lebih besar daripada yang ada di rumah.

PicsArt_10-13-11.10.36.jpg

Fatha juga sudah mulai ingin melakukan semuanya sendiri, termasuk mencoba membasuh sabun mandi yang ada di seluruh tubuh dengan menggunakan "gayung" (ia menyebutnya "duk" alias "ciduk", bahasa Jawa untuk gayung). "Gayung" yang ia gunakan sebenarnya adalah mangkok plastiknya yang biasa digunakan untuk menyajikan makanan.

Terima kasih sudah bekerja sama dengan baik ya Nak..

#Harike7
#Tantangan10hari
#GameLevel2
#KuliahBundaSayang
#MelatihKemandirian
#InstitutIbuProfesional

0 comment(s):

Cerita latihan melepas baju Fatha kemarin sore ter-skip karena saya pulang dari kantor cukup malam. Itu pun karena Fatha sudah beranjak ti...

Melatih Kemandirian Day #6


Cerita latihan melepas baju Fatha kemarin sore ter-skip karena saya pulang dari kantor cukup malam. Itu pun karena Fatha sudah beranjak tidur dan merasa belum dipamiti ibunya sehingga agak rewel. Maafkan ibu ya, Nak..

Pagi ini Fatha sudah cukup konsisten mampu melepas kaos dalamnya sendiri. Memang belum ada peningkatan dengan jenis pakaian lain, tapi sudah cukup membuat saya bahagia.

Satu cerita bahagia lainnya, ia sudah berbaik hati membantu orang tuanya menyapu lantai.

"Apu, apu," ujarnya menunjuk sapu di sudut tersembunyi di samping rumah.

"Fatha mau menyapu lantai? Boleh, ambil saja," jawab saya.

Dan ia langsung mempraktekkan gaya menyapu lantai sambil memegang sisir.

Dalam hal menyapu, sepertinya Fatha lebih rajin daripada ibunya. Hehehe

PicsArt_10-12-01.34.31

#Harike6
#Tantangan10hari
#GameLevel2
#KuliahBundaSayang
#MelatihKemandirian
#InstitutIbuProfesional

0 comment(s):

Semakin hari Fatha sudah makin lihai membuka kaos dalamnya sendiri. Semalam saya sengaja memakaikan kaos luar yang longgar. Hasilnya, p...

Melatih Kemandirian Day #5: Fatha Bisa

Semakin hari Fatha sudah makin lihai membuka kaos dalamnya sendiri. Semalam saya sengaja memakaikan kaos luar yang longgar.

Hasilnya, pagi ini saat akan mandi, Fatha berhasil membuka kaos dalam dan kaos luarnya sendiri. "Masya Allah, sudah makin pintar anak ibu melepas pakaian.."

Namun Fatha masih kesulitan melepas celana panjangnya sendiri. Nanti sore rencananya kami coba lagi saat ia mengenakan celana pendek.

Di samping melepas pakaian, rupanya tanpa sadar Fatha sudah mengembangkan kemampuan lainnya. Ia sudah bisa tidur sendiri tanpa ditemani.

Jadi semalam, pasca menyusu, Fatha sudah siap dengan selimutnya dan mengusir nyamuk-nyamuk dari dalam kelambu. Ia meminta saya menutup resliting kelambu lalu merebahkan dirinya di atas bantal. Selanjutnya ia sudah asyik dengan senandungnya sendiri dan tak berapa lama ia tertidur.

Alhamdulillah, makin besar anak ibu makin mandiri..

Meskipun beberapa kali di malam hari ia masih terbangun meminta "nenen", tapi semangat mandirinya membuat ibu bahagia..

#Harike5
#Tantangan10hari
#GameLevel2
#KuliahBundaSayang
#MelatihKemandirian
#InstitutIbuProfesional

0 comment(s):

Hari keempat, Fatha sudah berhasil melepas kaos dalamnya sendiri dengan sukses. Melepas pakaian luar terutama yang tidak berkancing masih ...

Melatih Kemandirian Day #4: Melepas Pakaian Sendiri


Hari keempat, Fatha sudah berhasil melepas kaos dalamnya sendiri dengan sukses. Melepas pakaian luar terutama yang tidak berkancing masih menjadi tantangan sendiri untuknya.

PicsArt_10-10-02.19.54.png

Meskipun semalam Fatha mengeluh sakit perut (yang belakangan diketahui karena diare), alhamdulillah ia masih bersemangat berlatih melepas pakaian sesuai pembicaraan kami kemarin.

Oh iya, frekuensi BABnya alhamdulillah sudah mulai berkurang. Tinggal menambah asupan cairan lewat minuman dan makanan.

Kembali ke masalah berpakaian, Fatha masih berlatih melepas celana sendiri (ia masih kesulitan menyeimbangkan tubuh, jadi latihan dilakukan sambil duduk) dan kaos kami pilihkan yang cukup longgar dan berkancing agar Fatha mudah membuka.

Target besok insyaAllah ditingkatkan menjadi "mampu melepas celana/baju sendiri".

#Harike4
#Tantangan10hari
#GameLevel2
#KuliahBundaSayang
#MelatihKemandirian
#InstitutIbuProfesional

0 comment(s):

Menindaklanjuti kesalahan yang saya lakukan di hari kedua , malam kemarin saya "ngobrol" dengan Fatha. Sebelumnya, setelah sh...

Melatih Kemandirian Day #3: Memantapkan Hati

Menindaklanjuti kesalahan yang saya lakukan di hari kedua, malam kemarin saya "ngobrol" dengan Fatha.

Sebelumnya, setelah sholat maghrib, Fatha sempat terpeleset dan jatuh karena bekas pel yang masih basah. Saya sempat menyesal luar biasa dan menyalahkan diri sendiri. Perasaan bersalah itu kemudian mulai berkurang setelah saya meminta maaf padanya dan memeluknya.

Kembali pada "diskusi" saya dengan Fatha. Saya menyampaikan rencana latihan kemandirian pada Fatha,

"Nak, mulai besok, kita bekerja sama yuk. Sebelum mandi, Fatha lepas baju sendiri ya. Pilih baju sendiri.."

Saya memantapkan niat dengan latihan kemandirian kali ini. Hari kemarin selain belum memberikan informasi pada Fatha mengenai tantangan 10 hari, saya juga belum mantap dengan pilihan tantangan yang kami lakukan. Saya sempat berpikir, jangan-jangan Fatha belum siap dengan latihan ini. Jangan-jangan ia masih terlalu kecil untuk diajarkan memilih baju dan melapas pakaian sendiri.

Namun diskusi semalam teman-teman di grup WhatsApp menyemangati saya bahwa kita cukup memberikan kepercayaan pada anak, dan biarkan ia melakukan sendiri dengan pengawasan dan bimbingan. Jadi saya kembali membulatkan tekad untuk melatih Fatha masalah per-baju-an ini.

Alhamdulillah tadi pagi setelah bangun tidur, Fatha begitu kooperatif diajak memilih pakaian dan melepas baju sendiri. Saat ini ia masih membutuhkan bantuan untuk melepas kaos luar, namun ia sudah mahir melepas kaos dalam sendiri.

Good job, Nak..

Bonus kegiatan yang membuat saya bahagia hari ini: Fatha semangat makan sendiri meski awalnya masih sambil berdiri dan menggunakan tangan kiri ^.^;

PicsArt_10-09-10.43.00.jpg

Lagi-lagi komunikasi produktif harus kami praktekkan lagi,

"Nak, mari makan sambil duduk," dan ia pun mengikuti instruksi sambil menirukan, "duduk"

"Makan dengan tangan kanan, Nak," da  ia pun menggunakan kedua tangan untuk memegang tempe goreng favoritnya.

Terima kasih, Fatha :)

#Harike3
#Tantangan10hari
#GameLevel2
#KuliahBundaSayang
#MelatihKemandirian
#InstitutIbuProfesional

1 comment(s):

Hari Senin pagi, Ibu dan Ayah Fatha sudah akan berangkat bekerja lagi. Sebelum mandi, Ibu menawarkan pilihan kepada Fatha, akan mengenakan ...

Melatih Kemandirian Day #2: Memilih Pakaian Sendiri

Hari Senin pagi, Ibu dan Ayah Fatha sudah akan berangkat bekerja lagi. Sebelum mandi, Ibu menawarkan pilihan kepada Fatha, akan mengenakan baju lengan pendek atau singlet mengingat akhir-akhir ini cuaca panas sekali. Ia kemudian mengambil sendiri pakaian pilihannya.

Oke, sudah ada kemajuan dari hari kemarin. Ia tidak lagi mengambil semua pakaian dari dalam kontainer dan membuangnya ke lantai.

Tapii, sepasang celana dan kaos yang ia ambil kemudian dilemparnya begitu saja ke lantai..

PicsArt_10-08-10.10.30.jpg

Pak Suami memberikan instruksi singkat pada Fatha untuk memungut dan mengembalikan pakaian kepada Ibu. Hasilnya, Fatha belum menggubris instruksi Ayah..



PicsArt_10-08-09.58.06

Saya dan Pak Suami saling melempar pandang. Baiklah, ada yang salah di sini.

Setelah kami diskusikan lagi setelah Fatha mandi, rupanya kami belum melakukan sounding kepada Fatha. Inilah masalahnya. Barangkali Fatha belum merasa terlibat dalam latihan ini.

Insya Allah dengan mengikuti kaidah choose the right timemalam ini saat quality time, Ibu akan berkisah pada Fatha mengenai rencana latihan kemandirian ini. Semoga cerita besok bisa lebih sukses. Aamiin..


#Harike2
#Tantangan10hari
#GameLevel2
#KuliahBundaSayang
#MelatihKemandirian
#InstitutIbuProfesional

2 comment(s):

Level kedua tantangan Bunda Sayang sudah dimulai. Bulan ini tema yang telah ditentukan adalah "Melatih Kemandirian". Bagi Fatha y...

Melatih Kemandirian: Menentukan Tema Tantangan

Level kedua tantangan Bunda Sayang sudah dimulai. Bulan ini tema yang telah ditentukan adalah "Melatih Kemandirian". Bagi Fatha yang sebentar lagi menginjak usia 16 bulan, ada beberapa tema yang bisa kami pilih.

1. Toilet training (TT)
Sebelum usia 2 tahun idealnya toilet training sudah dituntaskan. Berdasarkan pengalaman teman-teman yang memulai TT pada usia >2 tahun, tantangannya jauh lebih besar karena anak sudah mulai memiliki banyak alasan.

Ketika saya diskusikan hal ini dengan Ayah dan Uti, kami sepakat untuk memulainya dalam waktu dekat, insyaAllah pada usia 18 bulan. Saat ini kami akan melengkapi dahulu peralatan yang dibutuhkan untuk TT, misalnya perlak dan training pants. Perlak yang kami miliki saat ini sudah tidak cukup untuk Fatha mengingat daya jelajahnya saat tidur saat ini sama luasnya dengan ukuran kasur.

2. Memilih pakaian sendiri
Sebenarnya selama beberapa bulan terakhir, kami sudah beberapa kali mempersilakan Fatha untuk menentukan sendiri pilihan berpakaiannya. Hanya saja belum konsisten. Memakai baju sendiri saat ini pun masih belum sepenuhnya bisa dilakukan karena Fatha masih sering teralihkan fokusnya dan lebih asyik bermain daripada ganti baju. Melepas pakaian cenderung lebih bisa dia lakukan karena lebih mudah dan mungkin Fatha rasakan lebih seru.

3. Merapikan mainan
Opsi lainnya adalah merapikan mainan setelah selesai dimainkan. Termasuk memungut kembali mainannya (atau benda apa pun) yang sering ia lempar keluar jendela kamar.

4. Makan sendiri
Proses makan bagi Fatha selama ini terlihat menyenangkan apabila melibatkannya secara aktif. Jadi selama ini kami menyiapkan dua buah sendok, satu untuk ia gunakan sendiri dan masih kami bantu menyuapkan makanan dengan sendok lainnya. Fatha juga sudah menunjukkan keinginannya untuk melakukan hal yang sama, menyuapi orang lain. Sebenarnya kami lihat ia sudah siap untuk makan sendiri, sehingga untuk fokus latihan kemandirian ini kami pilih poin yang lain. Tetap Fatha kami persilakan untuk berlatih makan sendiri dengan bantuan orang tua.

Menyapih tidak masuk hitungan saat ini karena kami sepakat memberikan hak ASI hingga 2 tahun.

Akhirnya setelah diskusi singkat, kami sepakat mengutamakan poin kedua, memilih pakaian sendiri, sebagai target jangka pendek. Jika memungkinkan, "merapikan mainan" akan kami jadikan opsi keduanya.

Aktivitas Fatha memilih pakaian hari pertama. Awalnya ibu langsung membukakan kontainer pakaian ya. Ternyata hasilnya kurang sesuai harapan. Fatha terlalu bersemangat sampai-sampai banyak potong pakaian yang ia hamburkan keluar wadah.

PicsArt_10-08-10.14.29.png

Ibu pun membatasi pilihan menjadi dua opsi, dan inilah hasilnya setelah ia kenakan seusai mandi pagi.

PicsArt_10-08-10.12.07.jpg

#Harike1
#Tantangan10hari
#GameLevel2
#KuliahBundaSayang
#MelatihKemandirian
#InstitutIbuProfesional

1 comment(s):

Selama lebih dari dua pekan terakhir, saya mencoba mempraktekkan Komunikasi Produktif bersama suami dan anak. Berhasil? Belum semua. Tidak ...

(Masih tentang) Komunikasi Produktif

Selama lebih dari dua pekan terakhir, saya mencoba mempraktekkan Komunikasi Produktif bersama suami dan anak. Berhasil? Belum semua. Tidak bisa dianggap gagal  karena banyak sekali manfaat yang kami sekeluarga dapatkan.

Saya bersyukur mendapatkan kesempatan mengikuti perkuliahan Bunda Sayang (Bunsay) Ibu Profesional Batch 4 ini. Materi yang disampaikan pada level pertama ini benar-benar hal mendasar yang sangat saya butuhkan, terutama untuk keluarga tersayang. Jika mengenang kembali masa awal saya menikah dengan Pak Suami, betapa banyak cerita-cerita lucu, sedih, mengesankan akibat miss komunikasi.

Semakin matang usia pernikahan, semakin kami menyadari bahwa banyak hal yang harus disinkronkan agar kedamaian keluarga tercapai. Persis seperti materi Komukasi Produktif yang saya dapatkan pada pertemuan pertama Bunda Sayang, bahwa setiap pasangan suami istri berasal dari dua individu yang berbeda dengan latar belakang yang juga berbeda. Perbedaan latar belakang ini meliputi cara pandang (Frame of Reference/FoR) maupun pengalaman masa lalu (Frame of Experience/FoE).

Kami berdua mengakui, tahun-tahun pertama pernikahan merupakan masa yang berat karena merupakan masa penyesuaian bagi kami. Walaupun begitu, kami beruntung karena Allah memberikan kesempatan bagi kami untuk dapat mengenal individu masing-masing di tiga tahun pertama pernikahan. Kami memiliki cukup waktu untuk dapat melebur ego masing masing menjadi kepentingan bersama.

Saat itu kami menyusun cita-cita dan rencana mengenai seperti apa model pengasuhan yang akan kami terapkan untuk putra-putri kami nantinya. Berkaca dari kondisi pengasuhan yang kurang ideal di masa lalu, kami pun menyusun strategi untuk menjadi orang tua idaman versi kami.

Alhamdulillah tidak lama setelah konsep tersebut terbentuk, Allah memercayakan Fatha dalam kehidupan kami. Berbagai idealisme yang dulu pernah kami cita-citakan tentunya tidak selalu dapat tercapai. Terlebih kondisi pernikahan saya dan Pak Suami harus dijalani dengan jarak jauh dan hanya dapat bertemu sepekan sekali rentan mengalami miss komunikasi.

Di saat-saat seperti ini, prinsip-prinsip mengenai komunikasi produktif yang saya dapatkan dari kelas Bunda Sayang sangat membantu dan menguatkan.

Kali ini saya akan bercerita mengenai beberapa kisah yang belum sempat ditulis saat menyelesaikan tugas tantangan materi level 1.

Persiapan

Beberapa langkah permulaan sudah saya lakukan sebelum mempraktekkan komunikasi produktif hasil perkuliahan lalu. Langkah-langkah tersebut adalah
  1. Sounding kepada Pak Suami dan Ananda.
Selain meminta ijin dan restu kepada suami, saya juga menyampaikan review mengenai materi yang sudah saya dapatkan. Harapan saya, selain mendapatkan dukungan suami, ia pun dapat turut menerapkan praktek tersebut dan memperoleh manfaatnya. Fatha juga saya info dengan cara sederhana, sekaligus meminta doanya, "mohon bantuan dan kerja samanya ya Nak. InsyaAllah ibu sedang belajar berbicara dengan Fatha sengan lebih sabar".
  1. Berdoa meminta kekuatan, kelancaran, serta mampu konsisten menjalankan tantangan.
Bukan hanya tantangan selama 17 hari, namun sepanjang hidup. Saya juga berharap pada Allah agar ilmu yang saya dapatkan ini bermanfaat bagi kami sekeluarga, bahkan mungkin dapat ditularkan pada orang lain.

Praktek Komunikasi Produktif

Komunikasi Produktif dalam keluarga yang paling mendasar tentunya adalah komunikasi kepada diri sendiri. Diumpamakan jika pribadi kita sebagai teko, maka apa yang akan kita tumpahkan ke luar merupakan cerminan dari diri kita sendiri. Untuk itu diperlukan pikiran yang selalu positif dalam memandang sesuatu. Selain itu pemilihan kata-kata yang positif juga perlu dilakukan untuk dapat memberikan energi dalam berkomunikasi.

Bagi saya pribadi, mengendalikan emosi merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk dilakukan dalam komunikasi dengan diri sendiri. Begitu emosi dan perasaan negatif muncul, biasanya segala pikiran jernih dan kesadaran untuk menghadapi lawan bicara akan buyar dan bubar jalan. Beberapa kisah tentang ikhtiar saya mengendalikan emosi bisa dibaca di sini dan sini

Selanjutnya komunikasi dengan pasangan perlu memperhatikan kaidah-kaidah yang benar agar kedua belah pihak merasa saling dihargai. Ada lima (5) kaidah yang perlu dipegang teguh untuk dapat mencapai kualitas komunikasi yang baik. Tentu saja hal ini berlaku untuk komunikasi dengan orang dewasa lainnya. Kaidah-kaidah tersebut adalah:

1. Clear and clarity

Bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi haruslah jelas dan lugas. Sebagai perempuan yang menyukai bahasa kode, kita harus benar-benar memastikan bahasa tersebut dipahami oleh pasangan :)

2. Memilih waktu yang tepat

Pemilihan waktu yang tepat menentukan kondisi emosi saat mengirim dan menerima pesan. Waktu yang terbaik untuk masing-masing pasangan bisa jadi berbeda. Di awal pernikahan, saya tipe orang yang harus menyelesaikan masalah sebelum tidur. Berkebalikan dengan Pak Suami yang memilih meredakan emosi dengan tidur, baru keesokan paginya dibahas bersama-sama dan saling meminta maaf. Pada akhirnya, kami sama-sama dapat saling memahami dan sepakat untuk tidak menyelesaikan sesuatu dalam kondisi emosi tidak stabil.

3. 7-38-55 (7% bahasa verbal : 38% intonasi suara : 55% bahasa tubuh)

Bahasa tubuh memegang peran paling penting dalam efektivitas penyampaian pesan, diikuti intonasi suara. Kesungguhan dan kejujuran dalam berkomunikasi dapat terbaca melalui bahasa tubuh ini. Salah satu upaya yang kami lakukan saat ini adalah berbicara dengan orang lain tanpa memandang HP. Fokus perhatian hanya kepada penerima pesan sehingga ia merasa dihargai.

4. Kontak mata yang intens

Kesungguhan dan perhatian juga dapat ditunjukkan dengan kontak mata yang intens. Bukan hanya pada orang dewasa, namun juga pada anak-anak. Hal ini sudah kami sepakati, termasuk dalam berkomunikasi dengan ananda. Menyejajarkan posisi mata dengan anak dan menatap mata saat berkomunikasi akan membuat anak merasa dihargai.

5. Hasil komunikasi merupakan tanggung jawab pemberi pesan

Bagaimana pun hasil komunikasi, apakah berhasil atau tidak, merupakan tanggung jawab kita sebagai pemberi pesan. Diharapkan kita tidak akan menyalahkan orang lain jika terjadi miss komunikasi karena ikhtiar komunikasi yang baik sudah dilakukan.

Cerita singkat praktek komunikasi saya dengan Pak Suami dapat disimak di sini dan sini.

Komunikasi dengan anak pun perlu mendapat perhatian khusus semuda apapun usia anak. Dalam kasus saya, Fatha yang berusia 15 bulan ternyata sudah sangat tanggap dengan praktek komunikasi yang saya lakukan. Dari sebelas (11) kaidah komunikasi produktif untuk anak, saya baru dapat mempraktekkan 6 poin, yaitu:
  1. Keep Information Short & Simple (K.I.S.S.)
Hampir setiap kali instruksi yang saya gunakan dengan singkat dan sederhana.. Bagi anak dengan rentang konsentrasi yang masih terbatas seperti Fatha, cara ini cukup efektif. Intip cerita tentang K.I.S.S. pada hari ke-38101214, dan 17
  1. Mengendalikan intonasi suara dan menggunakan suara ramah
Seperti halnya komunikasi dengan orang dewasa, intonasi suara memiliki peranan cukup penting dalam komunikasi. Bahkan untuk anak-anak, ketika saat berkomunikasi kita menyejajarkan posisi mata kita dengan mereka, anak merasa lebih diperhatikan. Praktek mengenai poin ini kami lakukan di hari ke-235, dan 17.
  1. Mengatakan apa yang kita inginkan, bukan yang tidak kita inginkan
Poin ini rupanya sudah sering dipraktekkan oleh generasi sebelum kami. Alasannya, karena pamali berkata buruk. "Nanti jatuh lho," misalnya. Qodarullah pada jaman eyang dan orang tua saya, kata-kata tersebut jika diucapkan orang tua, justru dapat terjadi pada anaknya.

Saya sih melihatnya dari sudut pandang yang lain. Memberikan sounding positif pada anak justru menjadikan komunikasi berlangsung efektif. Anak lebih dapat menangkap maksud kita. Kisah tentang ini dapat diintip pada link hari ke-3 dan 5.
  1. Jelas dalam memberikan pujian dan kritikan
Pujian atau kritikan yang disampaikan kepada ananda perlu diberikan sebagai bentuk penghargaan maupun bahan perbaikan. Untuk itu keduanya perlu disampaikan secara spesifik, menyebutkan hal apa yang baik menurut kita hingga layak diberikan pujian. Atau jika kritikan, bagian apa yang masih harus diperbaiki untuk kritikan. Jadi yang dipuji atau dikritik adalah tindakan atau sikap anak. Bukan pribadinya. Contoh pemberian pujian untuk Fatha kami lakukan di hari ke-5 dan 10
  1. Mengganti kalimat yang menolak/mengalihkan perasaan dengan kalimat yang menunjukkan empati
Seperti halnya orang dewasa, anak juga memiliki perasaan. Komunikasi dengannya pun harus memperhatikan perasaannya. untuk itu kita sebagai orang tua perlu menunjukkan empati saat berkomunikasi. Karena yang muncul dari hati, biasanya akan mengena di hati.  Saya mempraktekkan hal ini di hari ke-361011, dan 14
  1. Mengganti perintah dengan pilihan
Selain memberikan instruksi, ada kalanya saya ingin meminta pendapat pada Fatha. Mengingat usianya masih cukup muda, pendapatnya saya dapatkan dengan cara memberikan pilihan sempit, hanya 2 pilihan. Cerita lengkapnya dapat dilihat di sini.

Beberapa poin kaidah komunikasi produktif masih belum saya praktekkan,. Direncanakan beberapa saat lagi ketika kemampuan berbahasa Fatha lebih berkembang, insyaAllah akan saya dan Pak Suami lakukan. Poin-poin tersebut adalah:
  1. Fokus ke depan, bukan masa lalu

  2. Mengganti kata ‘TIDAK BISA” menjadi “BISA”

  3. Fokus pada solusi, bukan masalah

  4. Mengganti nasihat menjadi refleksi pengalaman

  5. Mengganti kalimat interogasi dengan pernyataan observasi
Ringkasan mengenai kaidah komunikasi produktif saya sarikan dari materi perkuliahan Bunda Sayang dalam bentuk skema Mind Map di bawah ini.
PicsArt_10-01-01.56.41

Alhamdulillah. kami sekeluarga menikmati game tantangan level ini. Semoga kami sekeluarga dapat terus menjalin komunikasi yang baik satu sama lain.

#aliranrasa
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional

Bahan Bacaan

Institut Ibu Profesional,. Materi Kelas Bunda Sayang Sesi #1, 2018

Institut Ibu Profesional, Bunda Sayang : Komunikasi Produktif, Gaza
Media, 2014

1 comment(s):

Hari terakhir praktek komunikasi produktif bersama Ananda terasa menyenangkan. Fatha sangat kooperatif diajak bekerja sama. Berawal da...

Komunikasi Produktif Last Day


Hari terakhir praktek komunikasi produktif bersama Ananda terasa menyenangkan. Fatha sangat kooperatif diajak bekerja sama.

Berawal dari hobi baru Fatha saat menjelang tidur. Ia akan mencari posisi favorit di tepi tempat tidur dengan bagian pinggang hingga kaki menjuntai ke arah lantai. Kepalanya akan direbahkan di atas bantal dan tangannya menggenggam selimut kesayangannya.

Berkali-kali saya ingatkan ia untuk naik ke tempat tidur dan tidur dalam posisi yang saya anggap aman. Berkali-kali pula ia menggoda saya dengan senyuman lebar dan kembali pada posisi lamanya.

Kembali saya mengingat-kaidah kaidah komunikasi yang sekiranya dapat saya terapkan untuk kasus ini. Kali ini saya mencoba menjaga kalimat instruksi sesingkat dan sesederhana mungkin (KISS), mengendalikan intonasi suara, menggunakan suara ramah, serta memberikan pujian spesifik.

Saya berkata seramah mungkin, "Nak, ibu dongengi yuk. Sini tidur di samping ibu."

Ia mendekat ke arah saya.

"Nah, shalihnya anak ibu, mau mendengarkan saran ibu."

Fatha tertawa-tawa dan mulailah saya membacakan buku.

Ah, betapa anak saya sudah makin dewasa, bisa diajak berkomunikasi dengan baik. Alhamdulillah..

#hari17
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional

1 comment(s):

Alhamdulillah sudah lebih dari dua pekan praktek komunikasi produktif saya lakukan untuk anak maupun suami. Beberapa berhasil baik, meski a...

Komunikasi Produktif Day #16

Alhamdulillah sudah lebih dari dua pekan praktek komunikasi produktif saya lakukan untuk anak maupun suami. Beberapa berhasil baik, meski ada gagalnya juga.

Ada keasyikan tersendiri mereviu dan melihat lembali kisah-kisah selama 15 hari ini. Belum semua prinsip komunikasi bisa saya terapkan untuk keluarga namun saya optimis kami mampu untuk konsisten menerapkannya hingga nanti-nanti.

20181001_231641.jpg

Praktek komunikasi produktif ini juga membuat saya meyakini bahwa toddler atau anak-anak seusia Fatha pun ternyata sudah mampu berkomunikasi dengan baik. Banyak kata yang masih belum bisa dikatakan dengan jelas. Akan tetapi usahanya untuk menyampaikan pendapat atau perasaannya sangat layak diacungi jempol.

Itulah sebabnya komunikasi produktif sudah bisa diterpakan untuk bayi sekalipun. Karena mereka adalah makhluk pembelajar. Mampu menirukan apa yang orang-orang terdekatnya lakukan.

Kami sebagai orang tua harus makin mampu memberikan contoh yang baik bagi anak-anaknya. Tugas saya yang paling dekat saat ini adalah mengendalikan emosi, komunikasi produktif dengan diri sendiri yang ternyata paling sulit dipraktekkan.

Insya Allah besok pagi saya akan mencoba meringkas kembali bab mengenai komunikasi produktif ini. Harapan saya, kebiasaan baik yang sudah dilakukan tetap konsisten dilakukan hingga nanti.

#hari16
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional

0 comment(s):