Home Top Ad

Responsive Ads Here

Search This Blog

Hari H pernikahan Tante Deya, sepupu Ibu Fatha. Selepas subuh kami sudah harus bersiap-siap untuk acara akad nikah yang akan dimulai puku...

Komunikasi Produktif Day #15: Kendalikan Emosi (3)


Hari H pernikahan Tante Deya, sepupu Ibu Fatha. Selepas subuh kami sudah harus bersiap-siap untuk acara akad nikah yang akan dimulai pukul 7 pagi. Sebelumnya, pukul 3 kami sudah menuju daerah Halim dari Tangerang untuk menuju lokasi.

Ibu Fatha lupa bahwa ibu harus makan cukup agar tidak mudah lapar.

Jadi pagi itu selepas akad, saat acara jamuan makan, Fatha masih harus beradaptasi dengan lingkungan baru. Ia tak mau lepas dari gendongan saya. Kami pun mengambil makan untuk berdua. Dengan kondisi perut kosong, belum terbiasa dengan heels 7 cm yang saya kenakan, dan Fatha menolak untuk diturunkan, PR besar bagi saya untuk tetap mengendalikan emosi dengan baik.

Akhirnya karena Fatha belum juga mau makan, saya menyerah. Saya serahkan Fatha pada Uti, dan saya minta bantuan Pak Suami untuk mengambilkan makanan lagi.

Begitu perut kenyang, pikiran terang benderang. Emosi mirip gelombang laut yang pasang surut ini masih menjadi PR besar bagi saya.

Jangankan anak-anak, orang dewasa saja masih harus belajar mengendalikan emosi.

Dan hari ke-15 ini, saya masih harus berusaha mengendalikan emosi sebelum bisa mempraktekkan komunikasi produktif lagi.

#hari15
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional

0 comment(s):

Akhir pekan ini, sepupu Ibu Fatha menikah. Keluarga besar kami pun melakukan perjalanan ke Jakarta H-1 akad nikah. Kali ini, pengalaman p...

Komunikasi Produktif Day #14: Fatha's First Flight


Akhir pekan ini, sepupu Ibu Fatha menikah. Keluarga besar kami pun melakukan perjalanan ke Jakarta H-1 akad nikah. Kali ini, pengalaman pertama Fatha menaiki pesawat terbang.

Bakda Subuh, Uti, Om-Om, Kakek, Ayah, Ibu, dan Fatha sudah bersiap-siap menuju bandara. Sejak beberapa minggu sebelumnya, Fatha sudah disounding akan terbang ke Jakarta dengan menggunakan pesawat terbang. Berbagai cerita menyenangkan sudah disampaikan.

Sesampainya di bandara, kami janjian dengan Mas Raafi (sepupu Ibu Fatha yang tinggal di kota lain) bersama Ayah Ibunya untuk bersama-sama melakukan check in.

PicsArt_09-29-10.16.48.png

Alhamdulillah semua berjalan lancar. Hingga saatnya pesawat tinggal landas.

Fatha mulai menunjukkan rasa takut ketika kami sudah berada di dalam pesawat. Terlebih ketika kami sudah diharuskan mengenakan sabuk pengaman dan suara pesawat mulai menderu.

Dengan sedikit menaikkan volume suara, Fatha berujar, "atut, atut," sambil menepuk-nepuk dadanya.

Saya dan Ayah Fatha berusaha berempati dan tidak mengabaikan rasa takutnya.

"Dek Fatha takut ya? Suara pesawatnya keras ya? Mari kita berdoa bersama," respon Ayah sambil menuntun doa bepergian.

"Dek Fatha masih merasa takut? Yuk peluk ibu supaya lebih tenang," lanjut saya.

Meski sepanjang perjalanan Fatha masih terlihat kurang nyaman, namun kami tahu ia sudah berusaha keras mengatasi rasa takutnya. Berkali-kali ia penasaran menengok jendela, namun kembali memeluk saya dan menutup mata.

Setiba di Jakarta dan beranjak turun dari pesawat, kami berterima kasih dan memberikan pujian pada Fatha.

"Terima kasih, Nak. Fatha hebat sudah berhasil mengatasi rasa takut. Ibu dan Ayah bangga," puji kami.

Fatha meresponnya dengan menceritakan perasaan takutnya kembali. Bukan hanya pada kami namun juga ke semua kerabat :)

Saya dan Pak Suami bersyukur, Fatha sudah dapat mengekspresikan perasaannya.

Saya juga bersyukur, praktek menerapkan instruksi singkat, menunjukkan empati, serta spesifik dalam memberikan pujian berhasil dilakukan.

#hari14
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional

1 comment(s):

Tiga di antara beberapa kondisi yang dapat mempengaruhi kemampuan berpikir jernih adalah lapar, lelah, dan emosi (marah). Hari Kamis l...

Komunikasi Produktif Day #13: Kendalikan Emosi (2)


Tiga di antara beberapa kondisi yang dapat mempengaruhi kemampuan berpikir jernih adalah lapar, lelah, dan emosi (marah).

Hari Kamis lalu, saya pulang dari kantor dalam keadaan dua di antara yang saya sebutkan di atas. Lapar dan lelah. Lapar, karena terakhir kali makan adalah saat sarapan, dan lelah karena beberapa pekerjaan belum berjalan sebagaimana mestinya.

Sesampai di rumah saat lepas Maghrib, saya baru ingat bahwa charger HP masih tertinggal di kantor. Padahal keesokan harinya saya harus berangkat ke luar kota dengan penerbangan pagi.
Pun saya melupakan beberapa pesanan belanjaan Uti Fatha untuk sarapan esok pagi.

Sadar bahwa saya dapat memperkeruh kondisi dengan komunikasi yang kurang produktif, akhirnya saya menghindar sementara dari Fatha. Saya isi perut yang kosong terlebih dahulu dan alhamdulillah pikiran mulai jernih.

Saya pun kembali ke kantor untuk mengambil charger HP yang tertinggal sekaligus mampir ke supermarket untuk membeli beberapa macam sayuran dan lauk untuk sarapan Fatha besok pagi.

Alhamdulillah sesampainya di rumah, mood saya membaik dan sudah dapat bermain-main dengan Fatha lagi.

Meskipun praktek komunikasi produktif belum saya lakukan dengan baik hari itu, tapi saya bersyukur sudah mampu mengendalikan mood dan emosi yang kurang oke dengan menemukan akar masalahnya.

#hari13
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional

1 comment(s):

Hari ke hari, saya semakin menikmati praktek komunikasi produktif, terutama bersama Fatha. Saat kemarin pulang dari kantor, Fatha sudah dal...

Komunikasi Produktif Day #12: Keep Information Short and Simple

Hari ke hari, saya semakin menikmati praktek komunikasi produktif, terutama bersama Fatha. Saat kemarin pulang dari kantor, Fatha sudah dalam kondisi bersih dan kenyang (terima kasih Uti, sudah bersedia dititipi Fatha selama ibu bekerja :) ).

Saat saya meletakkan tas di kamar, Fatha mengikuti dan lebih dulu naik ke atas tempat tidur. Ia menarik selimut ungu kesayangannya sambil memposisikan diri untuk menyusu sambil menatap saya.

"Nenen, ayo," ujarnya. Saya bertatapan mata dengan Uti dan kami berdua tertawa.

"Tunggu ibu mandi dan ganti baju ya Nak," jawab saya.

Alhamdulillah Fatha sudah menghabiskan makan malamnya sehingga ia bersedia menunggu dengan tenang. Saya menyegerakan mandi, kemudian serah terima Fatha dengan Uti dilaksanakan.

Malam itu saya memiliki kewajiban membongkar jahitan kemeja Fatha agar bisa nyaman dipakai saat kondangan akhir pekan ini. Saya meminta bantuannya agar kooperatif. Saya mentargetkan dapat memberikan instruksi sesederhana dan sesingkat mungkin sehingga Fatha dapat memahami dan mematuhi.

"Nak, temani ibu menjahit ya. Fatha boleh main-main di dekat ibu," ia pun mendekat.

"Duduk, duduk," ujarnya meminta ijin duduk di samping saya.

Saya menyelesaikan jahitan baju dan sesekali meminta bantuannya. Instruksi tetap saya sampaikan dalam satu kalimat tunggal.

"Nak, tolong ambilkan benang yang warna hitam," saya menatap mata Fatha. Fatha beranjak dari tempat duduknya dan mengambilkan benang dari meja di dekatnya.

"Ini?" tanyanya mengkonfirmasi. Saya mengangguk mengiyakan dan segera berterima kasih saat benang sudah ia serahkan.

Malam itu saya merasa Fatha sangat kooperatif dengan instruksi-instruksi singkat yang saya berikan. Terima kasih banyak Nak. Ibu bahagia sekali hari ini :)

Praktek K.I.S.S. kemarin, done. Alhamdulillah.

#hari12
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional



2 comment(s):

Alhamdulillah praktek komunikasi produktif sudah melewati 10 hari pertama. Hari kesebelas, tugas pelatihan audit internal di kantor menyeba...

Komunikasi Produktif Day #11: Pujian dari Ananda

Alhamdulillah praktek komunikasi produktif sudah melewati 10 hari pertama. Hari kesebelas, tugas pelatihan audit internal di kantor menyebabkan saya pulang ke rumah tidak tepat waktu.

Saya tiba di rumah setelah sholat Maghrib. Begitu Fatha mendengar bunyi motor saya, ia berlari menuju luar rumah.

Kali ini saya berusaha menurunkan standar kebersihan. Biarlah saya menunda cuci tangan dan mandi, dan menyempatkan memeluk Fatha dulu. Saya meminta maaf karena pulang terlambat. Saya juga berusaha berempati dengan berkata, "Maafkan Ibu ya Nak. Ibu tahu Fatha sudah kangen Ibu. Sama, Ibu juga kangen Fatha."
Dijawab oleh Fatha dalam bahasa yang hanya ia dan Tuhan yang tahu ^^

Saya hanya bisa membaca dari ekspresi wajah dan bahasa tubuhnya bahwa ia bahagia.

Setelah sukses berkelit untuk mandi, saya kemudian menyempatkan bermain-main dengan alat make-up. Karena akhir pekan nanti insyaAllah sepupu Ibu Fatha menikah, jadi hari-hari ini Ibu Fatha sedang ngebut belajar berdandan.

Saya sempat mengacuhkan Fatha beberapa saat ketika sedang asyik dengan berbagai macam kuas. Sampai akhirnya Fatha berteriak mencari perhatian saya.

Kembali saya meminta maaf dan menanyakan pendapatnya sambil menatap mata Fatha. Entah kebetulan atau memang Fatha sudah bisa, saya mendengar ia berujar, "atiiik, mbu.. atiiik."
Diulangnya kata-kata itu beberapa kali.

Mungkin saya kegeeran, tapi saya melihat Fatha mengucapkan dengan tulus.

Tidak mengapa, beberapa kesalahan dalam praktek komunikasi produktif saya lakukan hari itu. Namun mendapat pujian dari anak, rasanya seperti terbang di awang-awang.

Terima kasih, Nak..

#hari11
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional

3 comment(s):

Senin pagi, saatnya Pak Suami kembali ke kota lain untuk bekerja. Fatha sudah menampakkan "Wajah Hari Senin": ekspresi datar kare...

Komunikasi Produktif Day #10

Senin pagi, saatnya Pak Suami kembali ke kota lain untuk bekerja. Fatha sudah menampakkan "Wajah Hari Senin": ekspresi datar karena belum rela ditinggal ayah ibunya bekerja.

Seperti biasa, ibu berangkat lebih dahulu ke kantor sehingga hanya mendengar cerita bagaimana ia menyambut Hari Senin-nya dari ayah dan utinya.

Alhamdulillah saat istirahat siang, saya bisa menyempatkan pulang untuk bermain dengan Fatha sejenak dan menyusui. Ia berteriak kegirangan dan berlari menuju pelukan ibunya dengan senyuman.

Saya menunjukkan empati dengan berucap, "Fatha senang ya ibu sudah pulang? Ibu juga senang bisa ketemu lagi dengan anak shalih."

Dijawabnya dengan naik ke gendongan saya dan berujar singkat, "nenen.."

Spontan saya tertawa geli.

Setelah menunaikan haknya, saya memberikannya informasi bahwa kami bisa bermain sebentar. Selanjutnya saya harus kembali ke kantor.

Fatha mengantarkan saya kembali bekerja dengan lambaian tangan tanpa beban, "dadaaaa"

Alhamdulillah..

Sorenya sepulang kembali ke rumah, saat tiba waktu Maghrib, saya kembali mendapat kejutan manis. Fatha menarik-narik sarung ayahnya dan membawanya ke arah saya yang baru saja selesai sholat. Ia mengalungkan sarung di lehernya seraya menirukan gerakan sujud.

Saya bertanya, "Adek mau sholat? Yuk ibu bantu memakai sarungnya."

Setelah sarung terpasang, Fatha menirukan gerakan sujud kembali sambil membaca kalimat takbir versinya, "Allahuaba."

IMG-20180924-WA0065.jpg

"Masya Allah, shalihnya anak ibu. Sudah pintar sholat," pujian saya dijawab dengan tawa Fatha.

Praktek empati, keep the information short and simple (k.i.s.s), serta pujian spesifik hari kesepuluh berujung manis :)

Alhamdulillah

#hari10
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional

2 comment(s):

Akhir pekan merupakan quality time dalam hal komunikasi, terutama bersama Pak Suami. Pagi hari, selepas Fatha mandi, kami sudah menuju pas...

Komunikasi Produktif Day #9: Memilih Waktu dan Menjaga Intonasi Suara

Akhir pekan merupakan quality time dalam hal komunikasi, terutama bersama Pak Suami. Pagi hari, selepas Fatha mandi, kami sudah menuju pasar kaget di Jalan Lingkar dan berekreasi di sana.

Fatha tampak bahagia melihat arena bermain dan kereta-keretaan.
Kami sepakat belum memperbolehkan Fatha bermain lompat-lompatan di arena bermain karena tidak ada pendamping. Hanya anak-anak yang diperbolehkan masuk arena.

Setelah kami bertiga sarapan soto dan mencicipi es krim roll yang sudah saya idam-idamkan beberapa saat lamanya, Fatha tiba-tiba berteriak kegirangan melihat seekor kuda sedang menarik dokar. Dokar serupa dengan delman, hanya saja keretanya memiliki 2 roda, tidak sebanyak delman yang memiliki 4 buah roda.

Kami menghentikan Pak Kusir dan minta untuk diantar berkeliling Jalan Lingkar, di sepanjang area Pasar Kaget.

Awalnya Fatha terlihat menikmati kendaraanya. Suara ketuplak-ketuplak langkah kuda mungkin mengingatkannya pada mainan keledai karetnya di rumah. Lama-kelamaan tak terdengar suaranya, rupanya Fatha sudah terlelap.

20180923_092610.jpg

Sepulang dari Jalan Lingkar, dalam kondisi Fatha masih tidur, saya pikir merupakan waktu yang tepat bagi saya dan Pak Suami berdiskusi. Saya coba membuka percakapan, dan zonk. Beberapa kali Pak Suami tidak nyambung.

Ternyata Pak Suami mengaku sedang mengantuk.

Akhirnya pembicaraan saya tunda hingga kedua lelaki ini bangun tidur.

Di kesempatan lain sore harinya, saya keliru menggunakan intonasi suara saat sedang berbicara dengan Pak Suami. Alhamdulillah beliau mengingatkan saya dengan berkata, "tolong nada suaranya jangan terlalu tinggi."
Beliau masih ingat kata-kata saya sepuluh hari lalu untuk mempraktekkan komunikasi produktif di dalam keluarga. Suara Fatha yang bersenandung di kejauhan dan kata-kata Pak Suami berusan menyadarkan saya sehingga emosi negatif tidak jadi terpantik.

Sore itu komunikasi dengan suami kembali berjalan lancar dengan mempraktekkan kaidah "choose the right time" dan "7% verbal-38% intonasi suara-55% bahasa tubuh".

Terima kasih, Pak Suami, sudah rela bersabar mendidik dan menghadapi istrinya ☺

#hari9
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional

3 comment(s):

Hari Sabtu, teman kantor Ibu yang sedang lanjut studi, Ibu Ayu, bersama putranya, Mas Oci, berencana berkunjung ke rumah Fatha. Jadi pagi i...

Komunikasi Produktif Day #8: Menyambut Tamu

Hari Sabtu, teman kantor Ibu yang sedang lanjut studi, Ibu Ayu, bersama putranya, Mas Oci, berencana berkunjung ke rumah Fatha. Jadi pagi itu Ibu sounding pada Fatha agar menyambut tamu dengan baik.

"Nanti main-main dengan Mas Oci ya Nak", begitu berkali-kali ibu berpesan. Tentunya masih dengan instruksi singkat sesuai kaidah K.I.S.S. dan dengan menatap mata Fatha dengan ramah.

Sore hari, saat Fatha ditemani Ayah bermain di rumah YangYutLik (adik eyangnya Ibu Fatha, yang tinggal persis di samping rumah), datanglah Ibu Ayu bersama Mas Oci.

Mas Oci menghampiri Fatha dan menyapanya. Mereka berdua langsung akrab. Cukup mengejutkan, karena biasanya Fatha butuh waktu untuk beradaptasi dengan orang baru. Apalagi jarak usia keduanya cukup jauh. Mas Oci sudah duduk di kelas 5 SD.

Mereka berdua berjalan menuju rumah Fatha dengan bergandengan tangan, ditemani Ayah. Ibu senang, Fatha langsung merespon baik pesan ibu sejak pagi, untuk menyambut tamu dengan ramah.

Ibu bisa berbincang-bincang seru bersama Ibu Ayu sementara Fatha asyik bermain bola bersama Mas Oci.

Terima kasih atas kerja samanya ya Nak :)

#hari8
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional



3 comment(s):

Sepekan sudah komunikasi produktif saya coba praktekkan. Memang hasilnya masih beragam, kadang sukses, tak jarang masih belum terlihat manf...

Komunikasi Produktif Day #7: Bedtime Story

Sepekan sudah komunikasi produktif saya coba praktekkan. Memang hasilnya masih beragam, kadang sukses, tak jarang masih belum terlihat manfaatnya. Namun sejak mengubah mindset dengan makin mengarah pada positive thinking, alhamdulillah saya merasa ikatan dengan anak maupun pasangan terasa makin kuat. Hemat energi makin bisa dirasakan semenjak saya makin jarang marah-marah dan berteriak :)

Seperti semalam, Fatha masih penuh energi bermain-main dan berlarian di dalam rumah. Padahal waktu sudah menunjukan pukul 19.30, saatnya Fatha harus tidur. Saya memberikannya pilihan, "Mau tidur sekarang atau mau dibacakan buku dulu, Nak?"

Fatha berlari masuk kamar dan mengambil salah satu buku ceritanya.

Saya kembali mengajaknya ke kamar mandi untuk ritual bebersih dan langsung menuju kamar tidur.

Buku yang dipilih Fatha adalah mengenai menanamkan keberanian untuk tidur sendiri. Mengingat di usia 1 tahun ini rentang konsentrasi Fatha masih sekitar 1 menit, jadi saya tidak memasang target untuk membaca buku sesuai tulisan. Kami menyimak gambar pada buku bersama-sama sambil sesekali Fatha menunjuk salah satu gambar, menyebut namanya, dan bertanya.

2018-09-22 05.21.27.jpg

Dia sudah mampu menyebut beberapa objek gambar pada buku, seperti bola, gajah, (ku)cing, (pes)awat, bobok, dan (seli)mut. Jadi dongeng saya berkisar pada objek-objek tersebut.

Alhamdulillah malam tadi Fatha bisa tidur sesuai jadwal dan tanpa drama. Praktek komunikasi produktif "mengubah perintah menjadi pilihan" berhasil 😄

#hari7
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional

3 comment(s):

Praktek komunikasi produktif hingga hari keenam masih menjadi ajang bagi saya melatih konsistensi. Selain berupaya mengendalikan emosi, say...

Komunikasi Produktif Day #6: Belajar Berempati

Praktek komunikasi produktif hingga hari keenam masih menjadi ajang bagi saya melatih konsistensi. Selain berupaya mengendalikan emosi, saya masih belajar menepati kaidah komunikasi produktif terhadap anak.

Saat makan malam, Fatha berulang kali menolak membuka mulut, apalagi menyuapkan makanannya sendiri. Saya berusaha merayunya untuk mau mencicipi sayurnya. Berulang kali Fatha menolak dan meminta "nenen".

Saya tegaskan, "Makan dulu ya Nak. Boleh nenen setelah makan".
Fatha tidak mau menerima kata-kata saya. Ia mulai merajuk dan mengeluarkan tangisannya.

Saya melakukan kroscek kepada Uti Fatha. Ternyata sore setelah mandi, Fatha sudah menghabiskan beberapa porsi makanan: kue mangkok, satu ekor ikan mujair, satu buah pisang.

OK, baiklah :D

"Fatha sudah kenyang ya Nak? Maafkan ibu sudah memaksa makan ya. Yuk, sekarang cuci tangan kaki, lalu nenen", ujar saya kemudian, mencoba berempati.

Dan benar saja, tak lama setelah menyusu, Fatha pun terlelap.

20180920_201001.jpg

Saya sedikit merasa bersalah karena sempat memaksanya makan, namun kemudian perasaan itu saya tepiskan. Bagaimanapun, hari ini saya sudah berusaha untuk lebih mengendalikan emosi agar tidak langsung marah-marah dan memaksakan makanan masuk ke mulutnya.

#hari6
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional

3 comment(s):

Jargon "My Kids My Rules"  merupakan filosofi yang sering diucapkan teman-teman seperjuangan saya saat menemui kendala dalam pen...

My Kids My Rules: Kisah di Balik Matrikulasi Ibu Profesional


Jargon "My Kids My Rules" merupakan filosofi yang sering diucapkan teman-teman seperjuangan saya saat menemui kendala dalam pengasuhan anak, terlebih saat orang lain dirasa mulai mencampuri ranah tersebut. Sampai saat ini saya mempercayai filosofi itu. Akan tetapi dalam perjalanannya saya sering mendapati beberapa kesulitan menemukan sejauh mana batasan parenting yang akan diterapkan untuk Fatha, putra kami yang baru berusia 15 bulan.

***

Mengenal Institut Ibu Profesional (IIP) sejak 2015 lewat grup WA foundation, saya sangat kagum pada kesantunan semua membernya. Etika mengenai bijak menggunakan media sosial tercermin di sana. Para bunda yang ada di sana hanya diperkenankan membagikan berita jika sudah benar-benar diketahui kesahihannya, dan jelas memiliki manfaat jika dibagikan, serta harus mencantumkan sumber beritanya. Ada GFOS (gadget free on Sunday) yang membuat kita fokus pada keluarga di hari cuti tersebut. Bahkan sampai untuk left dari grup pun ada tata kramanya, yaitu diharuskan pamit secara baik-baik dan menunggu respon minimal dari satu orang, baru kemudian diperkenankan meninggalkan grup.

Nilai-nilai dalam IIP ini yang kemudian membuat saya jatuh hati. Namun dalam perjalanannya, saya masih merasa belum yakin untuk bisa istiqomah mengikuti kegiatan perkuliahannya. Profesi sebagai ibu bekerja di ranah publik adalah kendala terbesar saya. Jam kantor kadang tidak menentu, bahkan saat di akhir pekan. Saat itu kuliah ibu profesional hanya dilakukan secara luring di kampus Margosari tepat di jam kerja saya. Pun ketika akhirnya ibu profesional membuka kuliah secara daring, saya masih merasa belum bisa membagi waktu antara pekerjaan rumah, kantor dan kegiatan perkuliahan nantinya.

Hingga akhirnya Allah memberikan amanah putra, keyakinan untuk belajar lebih dalam menjadi orang tua semakin membuncah. Ketika pendaftaran kelas matrikulasi dibuka, segera saya meminta restu dari suami, dan alhamdulillah ijin didapat juga.

Sempat galau untuk memilih antara kelas daring atau luring. Alhamdulillah calon fasilitator kala itu, Mbak Sindu, memberikan beberapa pertimbangan. Luring, anak bisa memahami bahwa ibu sedang belajar. Qodarullah, beberapa calon teman sekelas merupakan para ibu dengan kesibukan di ranah publik sehingga kelas luring dapat dilakukan di akhir pekan. Makin mantaplah hati saya untuk mengikuti kelas matrikulasi. Dan Masya Allah, betapa menakjubkannya menikmati kesempatan belajar di sini.

Kelas Salatiga offline merupakan satu-satunya kelas matrikulasi yang diadakan dengan tatap muka secara langsung. Pertemuan perdana membahas mengenai adab menuntut ilmu. Tertohoklah hati saya kala itu ketika fasilitator menyampaikan bahwa salah satu hal yang menyebabkan ilmu yang kita dapat kadang hilang tak berbekas adalah ketiadaan ridho dari Sang Guru. Astaghfirullah, betapa seringnya kecurangan-kecurangan kecil sering dilakukan saat masih sekolah. Bahkan hingga setua ini, kadang ketika akan mengutip referensi dari beberapa sumber, diperoleh dengan cara yang tidak halal. Fotokopi materi dari buku yang sudah memiliki hak cipta, atau datang mepet waktu bahkan terlambat ke Majelis Ilmu, misalnya. Hal-hal yang sering dianggap remeh namun ternyata berimbas besar terhadap keseluruhan proses belajar yang kita lakukan seumur hidup.

Pertemuan demi pertemuan dalam proses belajar di kelas matrikulasi selalu menjadi saat-saat yang menyenangkan. Perasaan bahagia yang jarang saya rasakan ketika masih bersekolah dulu. Bahkan Hari Sabtu merupakan hari yang saya tunggu-tunggu karena semangat akan mendapatkan ilmu baru yang insyaAllah bermanfaat bagi keluarga kecil kami.

Sebagai seorang ibu dengan peran lain di luar rumah, kadang membuat saya minder dan merasa tidak seberuntung ibu-ibu dengan kesibukan di ranah domestik. Ada kekhawatiran putra kami tidak terpenuhi hak-haknya dengan baik. Terlebih kondisi long-distance marriage membuat frekuensi pertemuan dengan suami hanya bisa dilakukan sepekan sekali.

Beruntung, suami adalah tipe orang yang kooperatif, terutama dalam membangun visi dan misi keluarga. Bersama suami, kami berdua sama-sama senang belajar terutama untuk kebutuhan pengasuhan Nanda. Awalnya saya tipe orang yang mudah galau ketika ada seminar menarik, atau melihat reviu buku-buku yang dianggap bagus untuk anak. Keinginan untuk mengikuti, membeli, dan melahap habis semua materi tersebut sering tak dapat dibendung. Ingin rasanya menerapkan semua ilmu tentang pengasuhan anak yang tersebat di jagad maya.

Alhamdulillah semenjak mengikuti matrikulasi IIP, saya makin mampu menetapkan hati pada model pengasuhan anak. Tetap berpegang teguh pada visi dan misi keluarga yang sudah ditetapkan sehingga makin mudah menentukan model pengasuhan yang sesuai. Saya sudah tidak mudah baper dengan arus informasi yang saya dapatkan dari mana-mana. Karena saya sudah tahu ke mana keluarga kami akan dibawa. Mana prioritas yang akan kami pilih. Model pengasuhan seperti  apa yang akan diterapkan. Bahwa yang terpenting adalah fokus pada kebutuhan anak dan tidak perlu membandingkan dengan anak lain. Tugas ibu adalah mengarahkan, mendampingi, dan membersamai anak dalam belajar.

Bahkan saya merasa suami makin mendukung langkah saya mengikuti kelas matrikulasi ini. Beliau selalu menyempatkan waktu mendiskusikan tugas-tugas yang harus kami kerjakan bersama. Mungkin suami pun merasakan perubahan pada diri saya, di antaranya tidak lagi mudah uring-uringan dan makin selow ketika mendapati hal-hal berjalan tidak sesuai rencana.

Saya pribadi merasakan kehidupan makin tertata rapi, apalagi semenjak belajar mengenai bullet journal di salah satu kegiatan ibu profesional.  Agenda kegiatan saya pastikan tercatat rapi, bukan hanya untuk kegiatan kantor, namun juga untuk aktivitas utama di rumah.

Ada tugas utama yang saat ini harus bisa saya kuasai. Ilmu mengenai Bunda Sayang dan Bunda Cekatan merupakan pekerjaan rumah agar saya bisa menyeimbangkan kedua “dunia” yang saat ini saya tekuni, yaitu sebagai ibu dan pekerja. Semoga Allah meridhoi tiap langkah ikhtiar untuk kebaikan keluarga kami. Aamiin..



WhatsApp Image 2018-09-20 at 15.17.37

0 comment(s):

Manajemen emosi masih menjadi isu penting bagi saya hingga hari kelima. Ketika Fatha beranjak turun dari tempat tidur dengan cara yang ...

Komunikasi Produktif Day #5: Pujian Spesifik

Manajemen emosi masih menjadi isu penting bagi saya hingga hari kelima.

Ketika Fatha beranjak turun dari tempat tidur dengan cara yang menurut saya kurang aman, spontan saya berteriak. Namun kali ini saya menyadari kesalahan lebih cepat. Buru-buru saya kendalikan volume suara. Selanjutnya saya alihkan perhatian Fatha dengan mencontohkan posisi turun dari tempat tidur di sisi yang aman sambil terus mengajaknya bercerita.

Alhamdulillah Fatha kemudian mengikuti langkah saya.

Hari ini, selain menargetkan bisa menguasai kontrol intonasi suara serta mengatakan yang diinginkan alih-alih yang tidak diharapkan, saya mencoba menyampaikan pujian secara spesifik.

Kesempatan itu tiba ketika Fatha ingin segera menuntaskan makan malamnya, padahal nasi pada piringnya belum habis. Saya membuat negosiasi dengannya, "Makan 3 suap lagi, lalu kita cuci muka dan tidur ya Nak".

Tanpa beban, Fatha menghabiskan suapan terakhirnya dan mengikuti saya ke kamar mandi.

2018-09-20 00.06.38-01

Selain mengucapkan terima kasih, saya juga menyampaikan pujian, "Ibu senang, anak ibu bertanggung jawab menghabiskan makannya. Terima kasih sudah mau bekerja sama, Nak."

Bonus satu pelukan untuk Fatha dari ibunya :)

#hari5
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional

1 comment(s):

Hari-hari awal melahirkan merupakan saat-saat yang cukup berat bagi saya. Meskipun IMD a.k.a inisiasi menyusu dini sudah dapat kami lakukan...

Cerita tentang Bendungan ASI

Hari-hari awal melahirkan merupakan saat-saat yang cukup berat bagi saya. Meskipun IMD a.k.a inisiasi menyusu dini sudah dapat kami lakukan selama 1 jam dan alhamdulillah ASI langsung keluar, namun bendungan ASI alias engorgement pada payudara sudah muncul di minggu pertama.

cek.jpg

Mengapa bendungan ASI dapat terjadi?

Ternyata penyebab bendungan adalah sumbatan ASI pada saluran ASI. Sumbatan ini kemudian menimbulkan bengkak pada payudara dan memunculkan perasaan tidak nyaman. Pada beberapa kasus, sumbatan ini disebabkan oleh:
  1. Pengeluaran ASI yang kurang efektif
ASI diproduksi sesuai permintaan/on demand. Biasanya di hari-hari awal menyusui, ibu masih berjuang dengan pelekatan yang tepat. Pelekatan yang tepat akan membantu pengosongan payudara secara lebih efisien. Sebaliknya, saat payudara tidak benar-benar dikosongkan, bendungan ASI sangat mungkin terjadi.

Pada kasus saya, ketika payudara tidak disusukan sesuai permintaan bayi, atau ketika berjauhan dengan bayi payudara tidak secara berkala diperah maka ucapkan selamat datang pada bendungan ASI.
  1. Proses menyusui tidak dilakukan sesuai permintaan bayi
Di hari awal menyusui, beberapa bayi memang perlu dibangunkan 2-3 jam sekali untuk menyusu. Untuk mengetahu cukup atau tidaknya asupan cairan pada bayi, biasanya dilihat dengan frekuensi BAK dan penambahan berat badan. Setelah pola menyusu terbentuk, menyusui dapat dilakukan sekehendak bayi
  1. Milk blister
Munculnya titik-titik putih seperti jerawat pada bagian puting perlu diwaspadai sebagai milk blister. Keberadaan milk blister ini bisa menutup saluran ASI dan menyebabkan bengkak pada payudara. Yang perlu dibedakan, jika titik2 putih terlihat seperti  luka melepuh, bisa jadi merupakan herpes dan ibu diminta untuk tidak menyusui pada payudara yang mengalami herpes. Dikhawatirkan herpes dapat menular melalui proses menyusui.

Cara menghilangkan milk blister pun bisa beberapa macam cara. Yang paling praktis memang dengan disusukan pada bayi atau dengan memerah. Namun tidak semua ibu dapat menahan sakit bendungan akibat milk blister ini. Untuk mengatasinya, bisa diintip tips ini.
  1. Posisi tidur tengkurap yang menyebabkan payudara terbebani berat badan

  2. Benturan pada payudara
Cara mengatasi bendungan ASI terbilang cukup tricky. Untuk menghilangkan rasa nyeri, bisa dilakukan dengan mengompres bagian yang bengkak menggunakan air hangat. Saya memilih botol ASIP dari kaca untuk menampung air hangat dan menempelkannya pada bagian yang sakit. Dengan cara ini, rasa hangat bertahan cukup lama daripada dengan menggunakan waslap. Setelah mengompres, segera kosongkan payudara baik dengan disusukan langsung atau jika tidak memungkinkan dapat dengan diperah.

Setelah disusukan atau diperah, kompres payudara dengan air dingin, atau dengan meletakkan lembaran kol yang sudah dicuci bersih (lebih adem jika sudah masuk kulkas) ke dalam bra. Efek dinginnya cukup menenangkan.

Jika rasa sakit berlanjut, bisa menghubungi konselor laktasi atau dokter. Apalagi jika sudah muncul gejala demam maupun kemerahan pada payudara, bisa jadi indikasi mengarah pada peradangan atau mastitis. Penanganan dari dokter diperlukan, biasanya dengan meresepkan antibiotik dan anti nyeri, tentunya yang aman bagi busui.

Bendungan ASI dan mastitis perlu diwaspadai karena jika berlanjut hingga menimbulkan nanah atau abses, maka tindakan insisi oleh dokter harus dilakukan.

Sumber Bacaan

World Health Organization. 2000. Mastitis: causes and management. http://www.who.int/maternal_child_adolescent/documents/fch_cah_00_13/en/

7 Cara Mengusir Milk Blister, Si Jerawat Pengganggu Proses Menyusui. https://www.alodokter.com/7-cara-mengusir-milk-blister-si-luka-lepuh-pengganggu-proses-menyusui

0 comment(s):

Hari keempat, praktek komunikasi produktif terasa lebih menantang. Pasalnya emosi si ibu sedang kurang stabil. Memang benar, lapar merupaka...

Komunikasi Produktif Day #4: Kendalikan Emosi

Hari keempat, praktek komunikasi produktif terasa lebih menantang. Pasalnya emosi si ibu sedang kurang stabil. Memang benar, lapar merupakan salah satu pemicu ketidakseimbangan emosi ibu :)

Sepulang dari kantor, saya menyempatkan periksa kondisi gigi ke dokter gigi terlebih dahulu. Seusai perawatan, saya belum diperbolehkan makan atau berkumur hingga 30 menit, padahal perut sudah minta diisi.

Sampai di rumah, sesuai aktivitas rutin, saya membiasakan diri mandi atau setidaknya mencuci tangan, kaki, dan wajah serta mengganti baju sebelum bermain dengan Fatha.

Kemarin, karena dirasa Fatha sang ibu sudah terlalu lama meninggalkannya, ia tak sabar ingin segera memeluk ibunya. Saya refleks menghindar dan berpamitan ke kamar mandi. Fatha tidak rela dan mengejar saya sampai ke depan kamar mandi sambil berteriak memanggil, "mbu..mbu."

Saya menjawab dengan teriakan dari dalam kamar mandi untuk membuatnya sabar menunggu. Beberapa saat setelahnya, ketika pikiran sudah jernih, saya menertawakan kebodohan itu. Bagaimana bisa meminta anak menunggu dengan sabar jika ibunya saja berteriak-teriak dari kejauhan.

Saya menyegerakan bebersih badan dan berganti baju kemudian segera menemuinya. Saya meminta maaf karena membuatnya menunggu lama dan memeluknya. Sambil berintrospeksi, lain waktu jika saya harus pulang terlambat, saya bisa mencuci tangan dan kaki di luar rumah terlebih dahulu, kemudian segera menemui Fatha. Baru setelah minta ijin, saya bisa mandi dengan tenang.

Di samping kisah kurang sukses di atas, ada satu cerita yang menyenangkan kemarin. Malamnya saat Fatha bermain bersama saya dan menemukan ada sampah plastik di lantai, ia memungutnya dan berujar, "bua..bua.."
Sambil menarik tangan saya, ia berjalan ke arah tempat sampah dan membuangnya.

Masya Allah, satu pelukan saya berikan sebagai ucapan terima kasih.

#hari4
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional

0 comment(s):

Hari ketiga praktek komunikasi produktif, saya menargetkan untuk bisa terus menjaga kata-kata yang keluar terus bermuatan positif dan disam...

Komunikasi Produktif Day #3: Membuang Sampah pada Tempatnya

Hari ketiga praktek komunikasi produktif, saya menargetkan untuk bisa terus menjaga kata-kata yang keluar terus bermuatan positif dan disampaikan dengan intonasi suara ramah.

Sayangnya secara tidak sengaja saya melakukan kesalahan. Ketika Fatha hendak turun dari tempat tidur melalui sisi yang terlalu tinggi, saya refleks berujar, "jangan lewat situ nak, ingat saat jatuh kemarin? Sakit kan?"

Setelah menyesal dalam hati, saya meminta maaf dan meralat ucapan saya, "Ayo nak, turunnya lewat jalan yang benar. Hati-hati melangkah."

Saat itu Fatha tertawa-tawa jenaka sambil mengikuti arahan saya, alhamdulillah.

Sore harinya sepulang saya bekerja, Fatha sedang makan puding dari Posyandu. Setelah puding dihabiskan, serta merta ia buang di lantai. Kesempatan bagi saya untuk remidi dalam memberikan instruksi. Saya mengatakan dengan setelan suara seramah mungkin, "nak, sampahnya kita buang di tempat sampah yuk."

Masya Allah, ajaibnya Fatha langsung mengambil mangkok plastik tersebut dan membawanya dengan semangat ke tempat sampah.

Selesai menjalankan instruksi, saya peluk dan ucapkan terima kasih.

Ternyata anak bisa jika ibu percaya :)

20180918_055934.jpg

#hari3
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional

1 comment(s):

Hari libur merupakan hari yang paling ditunggu-tunggu oleh kami sekeluarga. Tak terkecuali Fatha. Justru saya merasa, dia yang paling meras...

Komunikasi Produktif Day #2: Saat Fatha Makan

Hari libur merupakan hari yang paling ditunggu-tunggu oleh kami sekeluarga. Tak terkecuali Fatha. Justru saya merasa, dia yang paling merasa bahagia di akhir pekan karena ayah ibunya benar-benar hadir untuknya secara fisik di hari tersebut.

Pagi hari, Pak Suami sudah siap dengan memandikan Fatha. Tentu saja senyum termanis dan ucapan terima kasih tulus saya berikan spesial untuknya :)

Dilanjutkan sarapan, Fatha sudah minta menyusu sebelum makanan siap. Saya dan Pak Suami sepakat untuk Fatha menghabiskan makanannya dulu, baru ia mendapatkan bagian minum susu. Berkali-kali Fatha mengucapkan, "nen, nen".

Kali ini saya mencoba menyejajarkan posisi berbicara dengan berjongkok dan menatap matanya seraya berkata, "Dek Fatha makan dulu ya sampai habis. Kalau masih pengen nenen, nanti setelah makan".

Mungkin Fatha belum sepenuhnya sepakat. Jadi saya memberikan tawaran berupa sebatang bolpoin yang bisa ia mainkan selama makan. Nah, bisa jadi kesalahan saya dalam menyampaikan informasi, bolpoin justru masuk ke dalam mulut Fatha. Kami alihkan lagi dengan lauk cumi yang bisa digenggam, alhamdulillah cukup berhasil meski tidak sampai habis.

Terima kasih Fatha, Ayah, untuk kerja sama yang baik :)

20180916_075747

Saat masih cukup "bersih"

 #hari2
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional

3 comment(s):

Minggu pagi yang cerah, saatnya bersih-bersih dan beberes. Termasuk beberes blog yang sudah lama tidak dikunjungi :)  Jadi ceritanya, s...

Bunda Sayang

Minggu pagi yang cerah, saatnya bersih-bersih dan beberes. Termasuk beberes blog yang sudah lama tidak dikunjungi :) 

Jadi ceritanya, setelah di awal tahun ini mengikuti matrikulasi ibu profesional (cek di sini), selepas lulus alhamdulillah saya bisa melanjutkan ke program Bunda Sayang a.k.a Bunsay.

Ada 12 materi yang nantinya akan disampaikan selama 12 bulan mendatang. Materi pertama dan mendasar yang harus dikuasai adalah komunikasi produktif, meliputi komunikasi dengan diri sendiri, pasangan, dan anak.

Setiap menyelesaikan 1 materi, akan ada games atau tantangan yang mengikuti. Tantangan di bulan pertama ini saya targetkan insya Allah akan saya kerjakan selama 10 hari berturut-turut dengan hari ini sebagai hari pertamanya.

20180916_090954.jpg

Hari pertama ini, saya sudah mengajak Pak Suami untuk melakukan quality time di pagi hari selepas subuh dengan berbincang-bincang. Ada dua topik penting yang kami diskusikan, yaitu rencana keluarga dan materi komunikasi produktif yang baru saya dapatkan kemarin. Saya berusaha terus melakukan kontak mata saat pembicaraan dilakukan dan sebisa mungkin menghindari multitasking dengan urusan lain.

Pak Suami menyambut baik dan alhamdulillah diskusi berjalan lancar. Beliau mendukung tantangan hari pertama dan saya diberikan waktu khusus pagi ini untuk menyelesaikan tugas dengan tenang. Oh iya, saat saya mengetik postingan ini, beliau sedang bermain bersama si kecil. Terima kasih, sayang ^^

#hari1 #gamelevel1 #tantangan10hari #komunikasiproduktif #kuliahbundasayang #institutibuprofesional

1 comment(s):