Home Top Ad

Responsive Ads Here

Search This Blog

Pandemi Covid-19 memang menyebalkan. Sejak melahirkan pada awal tahun ini, belum pernah sekali pun kami sekeluarga berkunjung ke rumah ayah ...

"Mudik" di Kala Pandemi



Pandemi Covid-19 memang menyebalkan. Sejak melahirkan pada awal tahun ini, belum pernah sekali pun kami sekeluarga berkunjung ke rumah ayah mertua - kakek dari anak-anak kami. Padahal jarak rumah kami menuju rumah Mbah Kung, alias kakek, hanya terpaut 16 kilometer saja! 


Ketakutan akan menularkan virus pada lansia dengan komorbid adalah salah satu alasan kami. Pasalnya tiap hari aku dan suami berada di dalam lingkungan kerja yang penuh paparan virus. Jadi, setelah meyakinkan diri dengan hasil swab negatif, aku baru berani mengiyakan ajakan suami untuk bersilaturahmi. 


Kami berangkat dengan segala macam perlengkapan bak akan maju perang. Protokol kesehatan sebisa mungkin diterapkan. Setiap personel membawa sebuah masker cadangan. Tentunya selain Baby Nadin karena pemakaian masker untuk usia di bawah dua tahun tidak direkomendasikan. Bekal pun disiapkan, mengantisipasi untuk tidak jajan sembarangan. Dengan menggunakan kendaraan pribadi, perjalanan ke rumah Mbah Kung pun dilaksanakan. 


Sepanjang jalan menuju rumah Mbah Kung, aku dibuat terkejut-kejut karena suasana sudah begitu ramai. Dua tempat wisata yang kami lalui penuh pengunjung. Mobil-mobil berjajar memenuhi tempat parkir. 


Sedih, marah, dan kecewa kurasakan saat itu. Ketika hasil pemeriksaan Covid-19 di laboratorium kami masih terus menunjukkan banyak hasil positif tiap harinya, masih ada yang sengaja menciptakan kerumunan dengan dalih menjaga kesehatan mental. 


Tak ingin kubahas kubu-kubu yang terbentuk karena sebagian menganggap Covid-19 adalah konspirasi. Bukan ranahku untuk membahas hal itu. Namun melihat bagaimana para nakes bekerja tiada henti mengorbankan diri, rasanya tidak etis masih mengeluhkan kurang piknik. Atau yang paling dekat, teman-temanku sesama pemeriksa di laboratorium. Kami masih harus bekerja di hari libur, mengorbankan libur hari raya untuk tetap bekerja dengan target sampel yang luar biasa banyaknya. 


Rasanya seperti dikhianati teman sendiri.. Huhuhu.. 


Tak lama, kami tiba di rumah Mbah Kung. 


Dan menjumpai para tetangga dan saudara sedang bekerja bakti membangun gapura TANPA MASKER. Hatiku mencelos. Kutatap suami yang membalas dengan pandangan keraguan. Membawa anak dan bayi berusia tujuh bulan jadi kekhawatiran utama. 


Sepanjang berada di sana, kami banyak-banyak berdoa untuk kekebalan tubuh dan perlindungan dari-Nya. Tentu dengan wajah yang tetap tertutup masker hingga kami pulang.


Kami pun sepakat, selama beberapa bulan ke depan, tidak akan bepergian bersama si kecil jika tidak dalam kondisi darurat atau penting. 


#hari2

#ch5kepenulisan

#clustersolutif

#bundaproduktif

#institutibuprofesional

0 comment(s):