Home Top Ad

Responsive Ads Here

Search This Blog

Menonton drama korea alias drakor masih menjadi kegemaranku di waktu senggang. Sebenarnya bukan hanya drakor, sih. Segala macam film, apalag...

Antara Bakat atau Hasrat: Kisah Perjuangan Sekretaris Kim



Menonton drama korea alias drakor masih menjadi kegemaranku di waktu senggang. Sebenarnya bukan hanya drakor, sih. Segala macam film, apalagi film lepas, menjadi pelarianku di saat pikiran penat.

 

Dulu, sebelum menikah dan punya anak, aku mampu menamatkan satu drakor yang terdiri dari 16 episode dalam dua-tiga hari. Sekarang setelah ada duo krucil Fatha-Nadin menemani, tentu saja tak bisa kujalankan kebiasaan lama itu. Satu episode diselesaikan dalam sepekan sudah menjadi sebuah prestasi untukku. 


Namun postingan ini bukan hendak membahas tentang hobiku menikmati drakor. Tentu saja karena masih banyak hobi lain yang lebih layak dibanggakan, seperti menghabiskan waktu bermain bersama Fatha dan Nadin. Nb: bukan pencitraan lho ya :) 

 

Salah satu drama yang sedang kuikuti adalah drakor keluaran tahun 2018 berjudul "What's Wrong with Secretary Kim". Serial lama yang sempat terbengkalai selama beberapa bulan. Pasalnya aku tidak tertarik melanjutkan setelah menonton tiga episode pertama, terlalu monoton buatku. Aku tergerak melanjutkan karena rekomendasi salah satu rekan kerja yang mengatakan drama ini layak tonton.

 

Serial ini berkisah tentang Kim Mi So yang telah menjadi sekretaris selama sembilan tahun untuk vice president sebuah perusahaan besar. Ia memulai karirnya selepas lulus dari sekolah, tanpa sempat mengenyam pendidikan tinggi. Sembilan tahun bekerja, ia dikenal sebagai sekretaris yang cakap dan lihai.

 

Hal yang membuatku sangat terkesan dari kisah Mi So, ia memulai perjuangannya sebagai sekretaris dengan kemampuan di bawah rata-rata. Salah satu episode menjelaskan bagaimana kualifikasi Mi So saat melamar pekerjaan: tanpa pengalaman kerja mumpuni dan baru lulus dari SMA. Padahal saingannya rata-rata adalah lulusan universitas bergengsi di luar negeri dengan sederet pengalaman kerja. Tentunya ada faktor keberuntungan khas drakor di sana, bahwa sang vice president, Lee Young Joon, sudah menaruh rasa sejak jauh-jauh hari sebelumnya. Mirip drama-drama FTV kita :)

 

Kim Mi So terlihat tidak berbakat di awal kerja. Banyak kesalahan yang ia lakukan hingga membuatnya berkali-kali meminta maaf. Namun semangat belajarnya luar biasa. Selain Bahasa Inggris, ia akhirnya tertantang untuk mempelajari Bahasa Jepang dan Bahasa Mandarin dengan mentor Young Joon. Etos kerja yang baik, tekun, dan kemauan belajar yang tinggi membuatnya terampil dengan kemampuan problem solving yang baik. Young Joon pernah mengatakan,

 

"Apa jadinya aku tanpamu." Kalimat yang menunjukkan kompetensi Mi So sebagai sekretaris andalan Young Joon, bukan dalam konteks romansa di sana.

 

Ketika  Mi So galau memutuskan akan berhenti dari bekerja dengan alasan ingin melanjutkan hidup, ia mendapatkan pencerahan. Sejatinya Mi So sangat menikmati pekerjaan sebagai sekretaris. Melayani dan membantu orang lain adalah hasrat terdalamnya. Jika meminjam istilah pemetaan bakat Abah Rama Royani, maka potensi kekuatan Mi So adalah serving atau melayani.

 

Kang Rendy Saputra melalui bukunya, Muda Mulia, pernah berkata,


Untuk dapat memahami peran yang harus kita mainkan di dalam kehidupan, maka kita harus benar-benar mengenali diri kita. Mengenali siapa kita sebenarnya dan seperti apa kita seharusnya.

 

Istilah yang digunakan Kang Rendy dalam buku tersebut adalah "menemukan berlian diri". Ketika dihadirkan ke dunia, maka Allah tidak akan membiarkan manusia hidup begitu saja tanpa bekal apa-apa. Allah telah menciptakan manusia dalam sebaik-baik penciptaan. Manusia dibekali dengan bakat dan renjana atau inner strength. Semakin cepat  menemukan bakat tersebut, maka semakin cepat pula kita dapat mengasahnya dan mencapai kesuksesan sejak dini.


Namun jika yang terjadi sebaliknya, kita tak jua menemukan berlian diri, maka cara selanjutnya yang bisa ditempuh adalah mencari hasrat terbesar dalam diri sendiri. Caranya bisa dengan membuat daftar aktivitas positif yang mampu membangkitkan semangat dan membuat mata-berbinar bahagia. Atau dengan mengingat prestasi yang pernah kita raih semasa kecil.


Kim Mi So pada akhirnya menyadari bahwa hasrat terbesarnya adalah melayani. Karenanya, ia mampu bertahan dari berbagai macam tantangan selama bertahun-tahun bekerja. 

 

Pelajaran yang dapat kuambil dari kisah Mi So adalah sebisa mungkin mengenalkan Fatha dan Nadin dengan berbagai aktivitas sejak dini. Tujuannya agar mereka lebih mudah mengenali bakat dan hasratnya sejak dini. Semoga Allah mempermudah mereka menemukan dan mengasah berlian diri :)

  

#hari3

#ch5kepenulisan

#clustersolutif

#bundaproduktif

#institutibuprofesional

 



0 comment(s):