Nadin belum genap satu bulan saat aku mulai memakaikannya popok sekali pakai (pospak). Waktu itu aku mempertimbangan energi dan efisiensi waktu mengingat ada Fatha, sang kakak yang masih butuh banyak perhatian. Awalnya penggunaan pospak hanya dibatasi saat malam hari. Lama-kelamaan kami - terutama aku - terlalu nyaman karena dimanjakan oleh fitur tahan air yang dimilikinya. Selama lebih dari enam bulan kami menjadi pemakai setia pospak.
Keadaan berubah ketika suatu hari aku menemukan ruam pada selangkangan Nadin. Ruam yang merah dan terlihat basah masih belum membuatku khawatir.
"Ah, tinggal oleskan losion ruam popok dan hentikan sementara pemakaian pospak, maka beberapa hari lagi kulit mulus kembali," pikirku kala itu.
Namun prediksiku salah. Tiga hari kemudian, ruam tak juga membaik, malah bertambah luas. Tanpa pikir panjang, aku membuat janji dengan dokter anak yang praktek di Senin pagi itu
.
"Nadin tidak boleh dipakaikan pospak sama sekali ya, Bu," jelas Bu Dokter setelah usai memeriksa si kecil. Lanjutnya,
"Ini saya resepkan krim untuk mengatasi ruam dan obat anti alergi untuk diminum. Sementara ini, hindari makanan laut dan telur karena dicurigai memicu alergi Nadin."
Aku kaget dan sedikit menyesali keadaan. Padahal Nadin sedang senang-senangnya makan. Segala menu yang disiapkan selalu dilahapnya tandas tak bersisa. Hal yang tidak kutemui saat permulaan MPASI Fatha, kakaknya. Toh ia masih bisa mengkonsumsi protein hewani lain, pikirku. Daging sapi, ayam, hati, dan ikan air tawar termasuk jenis lauk yang masih diizinkan untuk dikonsumsi anak bayi.
Beberapa malam berikutnya, kami mulai beradaptasi ulang dengan jadwal tidur di malam hari. Sejak tidur pada pukul sembilan, setidaknya tiga hingga empat kali Nadin terjaga dan merengek karena buang air kecil. Tenaga ekstra harus kukerahkan karena tidurku jadi tak nyenyak lagi. Belum lagi Fatha yang bersungut-sungut karena terganggu dengan suara adiknya. Biasanya, saat memakai pospak, Nadin hanya terlihat gelisah saat meminta nenen. Menyusui dapat dilakukan sambil terkantuk-kantuk. Alhamdulillah perjuangan berbuah manis. Dalam beberapa hari, ruam pada kulit Nadin sudah benar-benar sembuh.
Merasa tidak sanggup dengan pola tidur seperti saat memiliki bayi baru lahir, aku memutuskan untuk mencoba cloth diaper alias clodi. Pilihan jatuh pada merek Klodiz Izzyeco karena harga lumayan terjangkau bila dibandingkan dengan merk lain. Menggunakan perekat berupa kancing alih-alih velcro menjadi salah satu pertimbangan lainnya. Pengalaman beberapa kali dengan velcro, lama kelamaan daya rekatnya tidak sekuat saat pertama kali digunakan. Selain itu, bagian inner bisa dilepas pasang karena menggunakan model pocket, . Satu set popok terdiri dari bagian cover dan dua buah insert panjang (dua lapis) serta pendek (selapis).
Gambar diambil dari https://www.minikinizz.com/istilah |
Sebagai permulaan, aku membeli tiga set clodi. Rencananya tiap malam kami hanya akan menggunakan sebuah popok saja. Setelah melakukan prewash, musim hujan menghalangi kami untuk dapat langsung menggunakan popok tersebut. Dua hari kemudian Nadin baru dapat menggunakannya setelah clodi kering benar. Sepekan uji coba dengan Klodiz, alhamdulillah dia cocok. Tidak ada ruam baru yang muncul, atau kemerahan sebagai tanda awal ruam. Aku dan suami memutuskan untuk membeli lebih banyak clodi. Dua kantong besar pospak yang sudah telanjur dibeli kami hibahkan pada dua orang kawan.
Hari ini hujan kembali mengguyur kota kami. Selusin popok baru sudah kucuci alias prewash dengan harapan dapat segera dipakai. Tiga popok lama sudah hampir kering dan direncanakan akan dipakai malam ini. Ketika akan kuangkat ketiga clodi dari atas jemuran,
"Ya Allah, Ayah. Atap ruang jemuran kita bocor," pekikku melihat cucian yang seharusnya sudah kering menjadi basah kembali oleh air hujan. Alamat malam nanti kami harus kembali ronda mengganti popok Nadin. Hihihi..
#hari4
#ch5kepenulisan
#clustersolutif
#bundaproduktif
#institutibuprofesional
0 comment(s):