Home Top Ad

Responsive Ads Here

Search This Blog

Ada perkataan yang menyatakan, “Jadi ibu itu harus kuat, tidak boleh sakit. Kalau sakit, siapa yang akan mengurus anak, suami, rumah, da...

Tentang Me-Time Seorang Ibu


Ada perkataan yang menyatakan,

“Jadi ibu itu harus kuat, tidak boleh sakit. Kalau sakit, siapa yang akan mengurus anak, suami, rumah, dan bebenah?”

Ada benarnya, namun aku tak sepakat seutuhnya. Sebagai ibu yang sehari-hari bekerja di luar rumah, pulang dan menemani anak-anak adalah saatnya melepas penat. Melihat segala macam ulah dan tingkah mereka dari yang lucu-menggemaskan hingga membuatku menarik napas menyabarkan diri harusnya bisa membuatku lebih bersyukur.

Tiga bulan cuti pasca melahirkan saat pandemi melanda dunia, membuatku cukup merasakan lelahnya menjadi ibu yang bekerja di ranah domestik. Setiap hari selama 24 jam selalu berhadapan dengan suami dan anak, tentu menemui saat-saat blunder, komunikasi tidak berjalan baik, salah paham, lelah, dan saat-saat kritis hingga konflik tak dapat dihindarkan.

Tentu, aku tetap bersyukur dapat merasakan hal-hal seperti itu. Bertemu setiap hari dan setiap waktu adalah sebuah keistimewaan mengingat selama tujuh tahun sebelumnya aku hanya dapat berjumpa sepekan sekali dengan suami. Mendampingi anak bermain dan belajar juga hanya dapat kulakukan setiap sore-malam-hingga sebagian pagi saja. Kecuali saat akhir pekan.

Saat-saat seperti itu membuatku makin mengagumi para ibu rumah tangga, ibu-ibu yang bekerja di ranah domestik, ibu-ibu yang selalu bisa mendampingi anak-anak setiap saat. Bisa kubayangkan bahwa dalam keadaan lelah, lapar, atau mengantuk, sedangkan si anak masih ingin bermain, tentu perjuangan berat untuk tetap menjaga mood stabil.

Padahal menurut pengalamanku, lelah, lapar, dan mengantuk adalah tiga kondisi yang amat sangat bisa memancing amarah dan emosi negatif. Sulit berpikir jernih, hingga kadang bisa mengeluarkan perkataan atau tindakan yang disesali kemudian.

Jadi, jika emosi sudah mulai sulit dikendalikan, waktunya bagiku untuk mengalokasikan me-time. Bisa dengan menitipkan si kecil pada ayah atau uti, lalu aku akan pergi mandi. 

Yang tiap hari kulakukan, pulang kantor sambil melewati jalanan berbeda juga menjadi salah satu me-time buatku. Tidak perlu terlalu muluk seperti pergi ke salon atau belanja, hehehe..

Yang pasti, sampai di rumah, kondisiku sudah harus dalam keadaan kenyang sehingga siap menghadapi anak-anak dan berbagai tugas domestik dengan bahagia.

Jadi, bolehkah ibu sakit, atau jeda sejenak dari rutinitasnya sebagai seorang ibu? Tentu saja boleh. Sejenak, ibu perlu waktu. Apalagi jika setelahnya, ibu hadir dengan energi dan semangat berlipat.

Semangat, wahai para ibu..

 

0 comment(s):