Lingkungan punya peran yang sangat penting bagi keberhasilan menyusui. Bayangkan jika ada seorang ibu yang baru saja melahirkan, dengan kondisi yang masih belum fit benar karena begadang dan pemulihan pasca melahirkan, tidak bisa mendapatkan cukup istirahat karena larangan,
"Jangan tidur pagi hari, nanti darah putih naik ke mata,"
"Jangan makan ikan, nanti ASI-mu amis."
Atau larangan-larangan lain yang sejatinya adalah mitos. Terlebih, jika pelaku pelarangan itu adalah orang terdekat seperti ibu atau ibu mertua.
Terkadang, para busui ini sudah paham benar mengenai teori menyusui. Bagaimana prinsip ASI on-demand, hati harus bahagia agar ASI lancar, hingga ke fakta-fakta menyusui versus mitos-mitosnya.
Akan tetapi keberadaan lingkungan terdekat yang tidak mendukung, bisa membuat ibu terpojokkan, dan bahkan mengalami baby blues syndrome. Pengalaman pribadi sih ini.
Beruntungnya para busui jika mereka seperti suami atau orang tua sebagai lingkungan terdekat mendukung. Namun apa jadinya jika keluarga tidak benar-benar terlibat?
Saat itulah, ibu butuh teman curhat yang bisa saling menguatkan. Aku merasakan sendiri manfaat bergabung dalam komunitas sesama ibu menyusui. Terlebih yang orang-orangnya bukan tipe judgemental. Bukankah memang seperti itu seharusnya sebuah supporting group?
Berbagai kegalauan bisa ditumpahkan di tengah grup tersebut. Sesama ibu yang merasa senasib sepenanggungan akan saling menimpali dan menguatkan. Kadang tanggapan dari ibu lain merupakan solusi dari masalah yang kita hadapi. Namun tak jarang, curhat sudah sangat melegakan meski tak menemukan solusi. Berada di circle pertemanan yang menggaungkan ASI eksklusif juga akan memberikan pengaruh positif buat si busui. Semangatnya bisa menular ke ibu lain. Ini yang kurasakan semenjak bergabung di dua grup busui.
Jadi, jika lingkungan tidak benar-benar mendukungmu, temukan teman-teman yang bisa membuat kita berjuang lebih keras lagi. Bukankah menyusui itu harus keras kepala? :)
#pekanmenyusuisedunia
#NgasiYuk
#ngasiyukpeduliASI
#WABA2021
0 comment(s):