Home Top Ad

Responsive Ads Here

Search This Blog

  Hai!   Sudah lama rasanya blog ini tidak disambangi. Menjaga konsistensi menulis memang tidak mudah. Sebagai seseorang dengan motivasi eks...

Halo, Para Pejuang ASI


 
Hai!
 
Sudah lama rasanya blog ini tidak disambangi. Menjaga konsistensi menulis memang tidak mudah. Sebagai seseorang dengan motivasi eksternal, tantangan dari luar justru membuatku lebih bersemangat menulis. Pas banget dengan momen Pekan Menyusui Sedunia tanggal 1-7 Agustus 2021 ini, komunitas Ngasi Yuk menyelenggarakan challenge menulis. Hitung-hitung mengabadikan perjalanan menyusui selama ini, bolehlah kita ramaikan acaranya. Hohoho..
 
 
Challenge NgasiYuk dalam rangka meramaikan Pekan ASI Sedunia 2021
Buat yang baru pertama kali berkunjung ke blog ini, kenalkan. Namaku Nita, ibu dari dua anak balita, Elfatha (4 tahun) dan Nadinda (1 tahun). Selain menjadi teman bermain mereka berdua, sehari-hari aku bertugas di sebuah institusi penelitian di sebuah kota kecil di Pulau Jawa. Dengan suami yang harus bekerja di luar kota dan hanya berjumpa sepekan sekali, aku merasa sangat beruntung tinggal di tengah-tengah keluarga besar, yang bisa ikut membantu peran pengasuhan.  
 
It takes a village to raise a child, bukan? Jadi aku merasa, selama komunikasi dengan ibu dan keluarga besar bisa dikondisikan, semuanya akan baik-baik saja. Kondisi ideal adalah kondisi yang bisa kita tolerir. So, aku merasa saat ini adalah kondisi terbaik yang mampu ku-handle.

Oh ya, aku adalah seorang yang ekstrovert dan salah satu bakat alamiku adalah learner. Bisa dibayangkan, seseorang dengan kombinasi keduanya akan sangat bersemangat mengikuti berbagai komunitas dan acara kumpul-kumpul berfaedah yang bisa menambah wawasan. Komunitas Ngasi Yuk yang sudah kuceritakan di atas tadi adalah salah satunya. Pada masa awal menyusui Fatha, Si Sulung, aku merasa sangat terbantu dengan adanya komunitas ini. Di sana kami punya para pakar dan praktisi seperti dokter, ahli gizi, bidan, dan tak lupa konselor laktasi. Tentu saja isi grupnya adalah para ibu (dan calon ibu - yang kini sudah jadi ibu). Tipe pertemanan di sana adalah model-model yang santai dan suportif. Menjaga kewarasan ibu adalah yang utama. Hal itu pulalah yang membuatku betah di sana karena curhatan-curhatan kami akan ditanggapi teman lain tanpa menghakimi :)
 
Ada jeda waktu yang cukup lama dari sejak menikah - aku menikah di akhir usia 20-an - hingga lahirnya anak pertama. Fatha hadir ketika aku dan suami sudah sempat belajar berbagai hal mengenai pengasuhan dan pendidikan keluarga. Sebagai seorang learner, belajar adalah hobiku, kan. Beruntung suami sangat mendukung (Terima kasih, Ayah). Sejak saat itu pun aku berkenalan dengan Ibu Profesional dan Keluarga Kita. Hingga kini masih banyak belajar dari sana dan menjadi salah satu relawannya.

Tapiiiii...

Benar kata orang-orang. Teori sangat berbeda dari prakteknya. Meski aku merasa sudah banyak hal yang kupersiapkan dan kupelajari, ketika harus menjalaninya secara langsung, duh. Macam ujian praktek saja. Deg-degan takut tidak lulus.

Menyusui adalah salah satu ujian kehidupan yang harus kuhadapi. Berbagai macam persiapan sudah kulakukan bahkan sejak belum hamil Fatha. Teman seruanganku di kantor kala itu, Mbak Ayu, punya andil cukup besar dalam persiapan itu. Dia menghadiahiku buku Catatan Ayah ASI sebagai kado pernikahan. Buku yang tetap relevan sampai sekarang, yang membuatku cukup lega, karena tak perlu bingung menimbang-nimbang akan memilih susu formula yang mana. Hehehe
 
Bergabung dengan komunitas pejuang ASI di kotaku, konsultasi dengan konselor laktasi saat hamil juga sudah kulakukan. Namun rupanya, harapan tak selalu seindah kenyataan. Cerita selengkapnya mengenai kisah menyusuiku insyaAllah tayang besok. Tetap simak blog ini yaa..

Salam dari kami bertiga <3

#pekanmenyusuisedunia
#NgasiYuk
#ngasiyukpeduliASI 
#WABA2021
 

0 comment(s):