Home Top Ad

Responsive Ads Here

Search This Blog

  Perjalanan menyusui berlangsung panjang, harapannya, setidaknya bisa sempurna selama dua tahun lamanya. Tak terbayang betapa beratnya ibu ...

My Breastfeeding Support System

 


Perjalanan menyusui berlangsung panjang, harapannya, setidaknya bisa sempurna selama dua tahun lamanya. Tak terbayang betapa beratnya ibu jika hanya berjuang sendiri.

Selama empat tahun perjalanan menyusui ini, aku harus mengucapkan terima kasih kepada para pendukung hebat yang ikut bekerja keras demi kelangsungan pemberian ASI untuk Fatha dan Nadin. Dan mereka adalah...

  • Ayah Fatha Nadin
Siapa lagi orangnya yang bersedia memijatku saat butuh suplai oksitosin, memastikan stok cemilan, susu, es krim, dan sari kacang hijau selalu tersedia di lemari pendingin, mencucikan pompa ASI, serta menenangkan hatiku di kala aku merasa ASIku tak cukup. Pak suami-lah jawabannya. Jadi, aku merasa mendapatkan angin segar ketika beliau mendapatkan jatah work from home alias WFH. 
 
Nadin baru berusia tiga hari dan cuti pak suami habis. Tiba-tiba ada kebijakan WFH yang terus-menerus diperpanjang ketika pandemi Covid baru saja melanda Indonesia. Blessing in disguise, kurasa. Yang jelas, pak suami bisa selama tiga bulan penuh berada di rumah. Sebagai pejuang long distance married a.k.a LDM, aku tentu sangat bahagia.
  • Uti

Kalau dipikir-pikir, uti adalah orang yang hampir sama usahanya denganku dalam urusan "menyusui" cucu-cucunya. Ketika Fatha harus mendapatkan suplementasi ASI perah, beliaulah orang yang sangat bisa diandalkan memberikan ASIP menggunakan cupfeeder. Bahkan hingga cucu kedua, beliau masih berkomitmen memberikan ASIP tanpa dot. Mungkin berkaca dari pengalaman Fatha mengalami bingung puting, pasca dirawat di perinatologi.

Beliau orang yang sangat terbuka dengan informasi baru. Sejak awal mengikuti kelas persiapan kelahiran dan menyusui, beliau ikut menerima update ilmu dan bersedia menerapkannya.

Yang membuatku bangga, beberapa kali uti berbagi pengalaman memberikan ASIP menggunakan cupfeeder kepada orang tua dan pengasuh teman-temanku. Uti juga mendemonstrasikan secara langsung bagaimana teknik memberikan ASIP denganmedia selain dot.

  • Lingkungan kantor

 Dengan segala keterbatasannya, kantorku memberikan kesempatan para busui untuk memberikan ASI eksklusif dan ASI hingga dua tahun bagi anak-anak pegawainya. Kesempatan memerah ASI setiap tiga jam sekali dapat dengan mudah kulakukan tanpa cibiran atau komentar dari rekan-rekan kerja lain. Bahkan ada satu ruangan, yang sebelumnya berfungsi sebagai klinik, dialihfungsikan sebagai ruang laktasi. 

Oh ya, para bidan yang membantu persalinanku tak kalah keren. Mereka mendampingiku sejak sebelum melahirkan, hingga memastikan proses menyusui berjalan lancar tanpa kendala. Bahkan sebelum persalinan anak kedua, bu bidanku menanyai kekhawatiranku di trimester keempat. Mereka juga memastikan kejadian Fatha masuk perina tak lagi terulang.

Mbak Intan, bidan homecare yang kukenal sejak hamil Fatha pun jadi tempat curhat yang asyik. Pernah memberikan pijat laktasi saat aku mengalami bendungan ASI di bulan pertama Fatha lahir, hingga memberiku semangat bahwa aku bisa melakukan jauh lebih baik saat anak kedua. 

Menyusui memang tak bisa dilakukan seorang diri. Ada banyak orang dan pihak yang turut terlibat. Untuk itu, kuucapkan terima kasih untuk semuanya :)

 #pekanmenyusuisedunia 

#NgasiYuk 

#ngasiyukpeduliASI 

#WABA2021

0 comment(s):