Home Top Ad

Responsive Ads Here

Search This Blog

Tantangan Bunsay level 5 telah memasuki hari kedelapan. Alhamdulillah kami sekeluarga masih menikmati reading time meski sulit menyamakan...

Stimulasi Anak Suka Membaca Day#7


Tantangan Bunsay level 5 telah memasuki hari kedelapan. Alhamdulillah kami sekeluarga masih menikmati reading time meski sulit menyamakan waktu membaca bersama.

Ayah Fatha masih bertugas di luar kota dan hanya menyetorkan laporan kholas membaca melalui pesan bergambar di gawai. Sayangnya saya lupa menanyakan sinopsis bab kesembilan buku yang sedang Ayah baca.



Judul bab sembilan yang sudah Ayah tuntaskan




Bagaimana dengan tugas membaca Fatha?

Hari ini ia memilih sendiri Buku "Mencintai Rasulullah: 365 Hari Bersama Nabi Muhammad SAW.". Fatha mengambil buku dari rak, meletakkan di atas karpet, dan mengajak saya membaca bersama-sama. Ternyata Fatha belum terlalu tertarik dengan isinya karena lebih banyak tulisan daripada gambarnya.
Buku yang rencananya akan menjadi bekal saya bercerita kepada Fatha selama 1 tahun penuh ^^




Tak masalah, Fatha sudah berinisiatif memilih sendiri buku yang belum pernah ia baca sebelumnya. Setidaknya ini memicu rasa ingin tahunya.

Saya hanya mampu membacakan dua paragraf cerita pertama, setelah itu Fatha lebih asyik membolak-balik halaman sendiri, mencari gambar ilustrasi yang dianggapnya menarik. Fatha bertanya sesekali mengenai ilustrasi yang ia temukan dan saya jawab berdasarkan lirikan sepintas pada cerita yang ada di sebelahnya :)

Fatha mengamati ilustrasi Jabir bin Abdullah yang sedang mengangkut hasil bumi di kebunnya untuk melunasi hutang ayahnya. Ayahnya telah gugur sebagai syuhada pada Perang Uhud. Rasulullah meminta Jabir untuk memanggil para penagih hutang. Atas kehendak A Allah dan doa Rasulullah, Jabir dapat membayar semua hutang ayahnya.




Salah satu kejadian menarik sore ini adalah saat Fatha meminta ponsel saya. Ia berkali-kali menyebut, "hape, hape, Ayah."

Rupanya Fatha sedang merindukan Ayahnya. Situasi kurang memungkinkan bagi kami untuk melakukan panggilan video. Akhirnya saya merayu Fatha untuk mengobati rasa kangen dengan membuka-buka album foto di mana ada gambar Sang Ayah.


Ketika menatap wajah Ayah dalam gambar dirasa cukup untuk melipur lara




Saya menganggap kegiatan mengamati album foto ini sebagai salah satu aktivitas membaca karena kami berdua bisa bercerita berdasarkan gambar-gambar yang ada :)

Tugas membaca saya baru bertambah tiga artikel dari Buku "Faces & Places".

Bagian ketujuh bercerita mengenai pertemuan Desi Anwar dengan Tony Buzan. Saya sontak bersorak dalam hati karena merasa sudah sangat "mengenal" Tony Buzan melalui karyanya "Mind Map". Pertama kali saya mengenal konsep "Mind Map" Pak Buzan melalui bukunya yang diam-diam saya baca dari koleksi Mama. Seingat saya, konsep ini menginspirasi saya saat harus melakukan presentasi Bahasa Inggris saat kuliah dulu.

Sedihnya, naskah tugas saya tersebut musnah bersama tutupnya blog saya di Multiply karena belum sempat saya cadangkan. Huhuhu..

Nah, Desi Anwar dengan kocaknya berkisah, andai ia sudah mengenal Pak Buzan saat masih bersekolah, tentulah ia bisa menjadi seperti Einstein atau Leonardo da Vinci. Bukan "sekadar" pembaca berita atau penulis yang dikejar tenggat. Beliau yang belum mengenal saja sudah sehebat itu, sedangkan saya yang sudah terpapar "Mind Map" pada usia sekolah masih seperti ini saja :))

Pada bagian yang berbeda, Desi Anwar berkisah mengenai seni bepergian. Bahwa bepergian saat ini tak lagi semenarik atau seromantis dahulu.

Orang dapat dengan mudah mengakses pesawat dan mendapati bandara maupun tempat tujuan terlihat seragam. Bepergian tak lagi berbeda dan dinanti. Orang cenderung pasif dan statis saat harus menunggu kehadiran pesawat maupun saat berada di dalam kabin. Berbeda saat melalui perjalanan darat atau laut, kita bergerak. Perpindahan menuju tujuan sangat bisa dirasakan.

Benar juga, sih ;)

Bagian terakhir yang saya baca hari ini adalah kisah mengenai Almarhum Ayah Desi Anwar. Desi Anwar mengenang beliau sebagai orang yang unik, selalu mempertanyakan segala hal, terutama alasan di balik segala kejadian maupun perbuatan, dengan kata "mengapa?". Pertanyaan ini membuat kita mampu menahan emosi saat menghadapi sesuatu yang di luar perkiraan.

Karya Desi Anwar ini terasa ringan saat dibaca, namun memuat makna yang dalam. Inilah yang membuat saya membacanya pelan-pelan, agar dapat mencerna dan menyerap hikmahnya.

Dan berikut ini tampilan Pohon Literasi kami di penghujung pekan pertama.






#HariKe8
#GameLevel5
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#ForThingstoChangeIMustChangeFirst

0 comment(s):