Dunia anak-anak identik dengan bermain. Melihat tingkah laku dan keceriaan anak-anak saat sedang menjalankan "tugas hidupnya", bermain, memang sangat menyenangkan. Lepas, tanpa beban. Begitu pula saat sedang bersama Fatha, sebagian besar waktu kebersamaan kami dihabiskan dengan bermain. Pun saat menjalankan rutinitas dan "kewajiban" pribadi seperti mandi, makan, dan saat menjelang tidur, dirasakannya semua sebagai rangkaian permainan.
Playground di EastParc Jogja, gambar diambil saat Ibu Fatha harus bertugas di sana
Oleh sebab itulah, setiap kali saya melihat playground atau arena bermain, pikiran saya selalu tertuju kepada Fatha. Membayangkan bagaimana bahagianya ia saat "dilepas" dengan pengawasan di dalam arena bermain tersebut. Termasuk hari ini ketika saya harus berada jauh darinya.
Jadi postingan kali ini akan saya isi dengan sedikit flashback perjalanan tantangan yang sudah kami bertiga lalui. Setiap mengawali game tantangan, seperti halnya mengawali segala sesuatu, ada beban yang lebih besar. Pertanyaan-pertanyaan macam, "jenis tantangan apa yang akan kami tentukan? Mampukah Fatha bekerja sama dengan baik? Atau, bisakah kami menyelesaikan tantangan dengan baik?" menjadi rintangan yang harus ditaklukkan.
Namun setelah satu atau dua hari berjalan, alhamdulillah kami mulai menemukan feel tantangan ini. Fatha sudah mampu mengekspresikan keinginan saat ia menginginkan sesuatu. Fatha juga sudah bisa diajak mengikuti family forum, "menyumbangkan" suaranya melalui bahasa tubuh atau kata-kata singkatnya.
Sebagian besar waktu pada tantangan kali ini kami habiskan dengan menjalankan Proyek Rumah Rapi. Meski awalnya ide dicetuskan oleh Ibu, Fatha ikut menjalankannya dengan baik. Bahkan setelah berjalan beberapa hari, ia menunjukkan inisiatif untuk membereskan mainannya seusai digunakan.
Kegiatan beberes Fatha seusai menggambar dan mewarnai bersama Ibu
Fatha menyingkirkan keledai dan baby playgym dari tengah ruangan agar dapat digunakan untuk aktivitas lain
Perjalanan tantangan kali ini membuat Ibu dan Ayah menyadari potensi tersembunyi Fatha. Sesuai misi utama tantangan level 3, kami pun belajar bersama-sama melatih berbagai aspek kecerdasan baik Ibu maupun Nanda. Beberapa jenis latihan kecerdasan yang secara tidak sengaja kami asah melalui proyek keluarga ini di antaranya adalah kecerdasan emosi, kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, dan kecerdasan menghadapi tantangan.
Saya paling merasakan kecerdasan emosi terasah pada proyek kali ini. Berusaha untuk menahan mulut melarang Fatha memanjat dan "mengganggu" kesepakatan kami untuk merapikan tumpukan pakaian. Berusaha menahan tangan saya untuk segera mengangkat Fatha dari tempatnya duduk saat ia mulai "mengacak-acak" pakaian, mainan, ataupun buku yang sudah kami rapikan bersama.
Fatha pun mulai mengasah kecerdasannya menghadapi tantangan. Saat Ibu tidak menuruti keinginannya untuk membukakan pintu kulkas, misalnya, ia mencari cara agar dapat mengakses isi lemari pendingin tersebut.
Kecerdasan emosinya pun sedikit demi terlihat meningkat, seperti saat ia menghibur dirinya sendiri, memberikan apresiasi melalui tepuk tangan yang ditujukan atas pencapaian yang telah ia lakukan.
Kecerdasan intelektual Fatha pun terlatih saat mencoba "membaca" dan mengamati buku cerita. Ah iya, bukan hanya buku cerita, bahkan buku KIA ia cermati gambar yang termuat di dalamnya.
Berhubungan dengan kecerdasan spiritual, kami berusaha menanamkan dalam pikirannya bahwa di balik segala sesuatu maupun kejadian, ada Allah yang mengatur. Misalnya saat melakukan role play menjadi dokter, kami tetap menyampaikan padanya bahwa Allah-lah yang menyembuhkan, dokter hanya membantu.
Alhamdulillah Allah mudahkan kami menyelesaikan tiap tantangan yang ada. Proyek keluarga pun menjadi salah satu kegiatan berkualitas kami sekeluarga. Saya berharap, proyek keluarga dapat terus kami laksanakan secara istiqomah.
Ketika dulunya saya sering merasa bingung akan mengajak Fatha bermain apa, sampai-sampai meluangkan waktu untuk berselancar di dunia maya mencari ide permainan, setelah mengenal family forum dan family project, saya lebih santai bermain bersamanya. Selalu saja ada ide yang muncul ketika kami mulai berinteraksi.
Komunikasi pun makin terasa padat dan berkualitas semenjak sering menerapkan family forum secara berkala. InsyaAllah hal-hal baik ini dapat terus kami lakukan dan kreasikan menjadi lebih seru dan bermanfaat.
Tetaplah bermain. Karena ada jiwa anak-anak dalam diri setiap manusia, termasuk kami para orang tua :)
Blog ini berisi kisah hidup, perjuangan, cerita-cerita manis, dan semua hal yang harus membuat saya lebih bersyukur. Meskipun saya percaya bahwa “tidak semua hal perlu di-publish”, namun keputusan telah dibuat untuk menuliskan pengalaman tersebut di blog ini agar semakin banyak orang yang membacanya. Semoga bisa memberikan manfaat untuk lebih banyak orang..
The Saputros terdiri dari Ayah, Ibu, Fatha, dan Nadin. Ibu yang akan paling sering muncul di sini karena mendapat tugas dan kewajiban sebagai pemegang kunci rumah. Semoga kisah keluarga kami bermanfaat untuk pembaca..
Menulis adalah media untuk membangun konsentrasi. Sebagai orang yang sangat gampang terdistraksi, menulis memudahkan fokus pada apa yang sedang saya lakukan.
Menulis meminimalisir emosi negatif sehingga menghindarkan saya dari marah tanpa sebab dan sedih berlebihan. Suami sangat mendukung ikhtiar saya menulis apa saja, karena mengurangi waktu untuk kegiatan yang kurang bermanfaat. Semacam belanja online :)
Menulis membantu saya membangun portofolio untuk #elfathamirza. Ketika membutuhkan ide bermain bersamanya, saya bisa membuka-buka kembali halaman lama.
Menulis secara online merupakan salah satu ikhtiar saya untuk mengabadikan cerita dan kisah kami sekeluarga. Semoga bisa menjadi kenangan berharga untuk Ananda.
0 comment(s):