Memiliki kakek yang tinggal tidak terlalu jauh dari rumah membuat kami bisa mengunjunginya tanpa harus menunggu libur panjang. Beberapa malam terakhir, Fatha sering menyebut nama Mbahkung (panggilan sayang untuk kakek, ayah dari Ayah Fatha) dan mengabsen nama para sepupunya. Ayah dan Ibu kemudian mengajak Fatha silaturahim ke rumah Mbahkung.
Kami bertiga naik sepeda motor dan seperti biasa, Fatha tertidur di perjalanan. Sepoi-sepoi angin di perjalanan membuatnya terkantuk-kantuk hingga tertidur pulas. Tak berapa lama setelah tiba, Fatha terbangun dan yang paling membuatnya senang adalah bertemu dengan para sepupu. Ia bisa dengan puas bermain sepeda di jalan depan rumah, memanjat dan menaiki tangga, dan mengamati dinding rumah bertema pemandangan bawah laut. Gambar lumba-lumba, tiram, ubur-ubur, dan hewan laut lain dilukis oleh Pakde Fatha. Fatha merekam dengan baik cerita tentang hewan-hewan bawah laut ini, sebab malamnya ia bisa menceritakan kembali pada Ibu nama-nama mereka.
Di area belakang rumah, ada seekor burung beo yang bertengger. Fatha yang sedang tertarik pada berbagai macam hewan memperhatikan tingkah laku burung dengan seksama. Burung beo milik Paman Fatha ini belum diajari menirukan suara, jadi tidak ada suara-suara manusia yang ia tirukan.
Sepanjang berada di sana, Fatha mengembangkan kecerdasan naturalisnya melalui kegiatan mengenal hewan. Satu ekor hewan sungguhan dan banyak jenis gambar hewan laut. Kecerdasan fisik-kinestetik juga diasah lewat kegiatan naik-turun tangga dan bermain mobil-mobilan. Komunikasi dan interaksi dengan orang lain, yaitu Mbahkung, Om, Tante, serta para sepupu melatih ranah interpersonalnya.
Sepulangnya Fatha ke rumah, ia minta dipijit. Rupanya bukan hanya Ayah dan Ibu yang merasakan pegal-pegal di seluruh badan akibat perjalanan singkat ini. Fatha pun demikian. Akhirnya malam itu kami lalui dengan saling memijat :)
#Harike7
#Tantangan10Hari
#Level7
#KuliahBunsayIIP
#BintangKeluarga
0 comment(s):