Menulis dan Media Sosial
Jika diingat-ingat lagi, sudah sangat lama saya mengenal blog. Ketika berkenalan dengan internet saat
SMA, Friendster dan Multiply merupakan platform pertama tempat saya bisa
menulis dengan bebas dan bahagia. Tentu saja konten ceritanya masih sangat
asal-asalan dan sekenanya saja. Berkisah dengan bebas dan hasil karya bisa
dibaca orang lain merupakan suatu kebanggaan sendiri, terlepas dari bermanfaat
atau tidaknya bagi pembaca.
Berlanjut ketika Facebook masih memiliki fitur catatan, kita bisa menulis di sana. Saya kurang
merasa nyaman sebenarnya, karena menulis kurang bisa fokus. Keinginan untuk
melihat unggahan foto atau share kuis dari teman lain lebih menyita waktu
daripada kegiatan menulis itu sendiri.
Pemberhentian berikutnya
adalah Blogspot pada tahun 2008. Saat itu saya menggunakan platform ini untuk
mengunggah foto-foto karya saya dengan caption
seperlunya. Jadi alih-alih meluapkan isi pikiran dalam bentuk tulisan, saya
memilih mengekspresikan karya dengan gambar.
Blogspot ini pun
perlahan saya abaikan semenjak mengenal Instagram. Pameran foto hasil jepretan
sekenanya saya pindahkan ke sana. Blogspot pertama saya pun menjadi berdebu
hingga kini.
Tahun 2016, ketika
merasa bahwa hiruk pikuk media sosial sudah mulai terasa riuh dan menyesakkan, tergerak
hati saya untuk kembali melirik blog. Saya bimbang memilih antara Wordpress
atau Blogspot. Mengingat sudah pernah menggunakan Blogspot sebelumnya, mulailah
saya membangun Wordpress pada tahun itu. Ingin mencoba rasa berbeda dengan tampilan
lebih clean dan minimalis.
Postingan awal saya
lebih banyak berupa curhat. Bayangkan saja blog ini sebagai diary online yang bisa diakses oleh
siapa pun. Saat itu saya sengaja membuat nama blog yang tidak mengandung
sedikit pun unsur nama saya, tujuannya agar identitas saya tetap anonim.
Kegalauan saya saat itu yang sudah beberapa tahun menikah dengan suami namun
belum dipercaya Tuhan menimang buah hati saya tuliskan di sana. Membiarkan
identitas anonim ternyata membuat tulisan saya lebih mengalir. Tak perlu lagi
saya memikirkan banyak atau tidaknya orang yang menyukai atau mengomentari
postingan saya.
Tuhan sepertinya tidak
ingin saya terlalu lama galau dan menyampah di blog. Baru dua postingan saya
tentang "harapan memiliki anak", Ia mengabulkan doa saya dan suami.
Vakum selama beberapa lama, akhirnya saya kembali menulis di blog karena ingin
membangun portofolio saya sebagai seorang ibu sekaligus mengabadikan kisah
#elfathamirza dalam satu rumah. Cita-cita menulis dengan tujuan memberikan
manfaat untuk lebih banyak pembaca mulai terpupuk saat itu. Berharap orang lain
yang mungkin memiliki masalah sama dengan saya bisa tersemangati atau
lebih-lebih mendapatkan solusi.
Karena sesuatu hal yang
pernah dikisahkan di sini
dan di sini, cerita saya
berpindah dari Wordpress ke Blogspot. Sampailah hingga hari ini saya menulis di
blog ini :)
FYI, bahasan mengenai mengapa saya suka menulis sudah pernah dikupas di sini.
Mengapa Blog?
Saya merasa jauh lebih
nyaman menulis di blog. Pertama, karena tidak berbatas karakter. Jika Instagram
hanya memberi kuota sekitar 2000 karakter, blog memberi kesempatan menulis
secara mengalir. Memang, kita bisa melanjutkan tulisan pada komen postingan di
instagram. Tapi saya merasa blog memberi kesempatan lebih banyak orang yang
membaca sharing saya.
Alasan lain mengapa saya menulis di blog adalah:
- Portofolio dan Album Kenangan
Jejak perjalanan hidup Fatha saya rekam melalui unggahan di blog ini. Saya berharap blog ini berfungsi sebagai album kenangan yang bisa dibuka kembali nanti. Saat ini pun ketika membaca kembali postingan beberapa bulan lalu, hikmah yang sebelumnya tidak tampak menjadi terlihat. Hal-hal yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan, bisa menjadi ide perenungan baru.
Ilmu itu mengikat makna. Setiap kali menulis, ilmu yang sudah didapatkan akan makin terekam kuat dalam ingatan.
Jika saat masih sekolah dulu kita sering pinjam-meminjam catatan kawan, maka tak ubahnya dengan blog ini. Hikmah maupun kisah bisa dibaca dan semoga memberikan manfaat bagi yang membutuhkan.
0 comment(s):