Salah satu kegemaran Fatha saat sedang bermain bersama orang lain adalah bercerita. Jika mendengar berita atau sesuatu yang ia anggap baru, semua orang harus tahu. Ia akan mengulang-ulang informasi itu pada orang-orang di sekitarnya.
Misalnya, ketika kemarin sore melihat dua ekor kucing sedang memanjat tembok rumah tetangga, Fatha langsung menyampaikan pada Ibu,
"Bu, ada kucing nangkring," teriaknya.
Ibu mengiyakan sambil ikut menengok ke arah atap rumah tetangga. Rupanya tak puas sampai di situ, saat Uti muncul, Fatha menyampaikan hal yang sama persis. Respon kami adalah tetap menganggap setiap informasi darinya berharga. Jadi kami mengiyakan kata-katanya sambil bertanya, kira-kira apa yang akan dilakukan Si Kucing selanjutnya, ya?
Ah ya, satu lagi kemampuan yang berhasil dikembangkan Fatha adalah melarang Ibu memegang ponsel saat berada di dekatnya. Kemarin, setelah mandi sore, Ibu mengajak Fatha bermain. Ibu senang melihat tingkah laku Fatha yang menggemaskan. Ia menunjukkan pada Ibu gambar berbagai macam kendaraan dan jenis bangunan pada Ibu. Ingin hati Ibu meraih ponsel dan mengabadikan peristiwa itu. Rupanya Fatha menyadari dan langsung berujar,
"Masukkan HPnya, Bu. Masukkan."
Alhamdulillah, Fatha sudah bisa mengekspresikan keinginannya untuk bermain tanpa distraksi bersama Ibu. Setelah meminta maaf, Ibu memasukkan ponsel ke dalam tas dan melanjutkan permainan bersama Fatha.
Alamat makin sulit mendokumentasikan kegiatan Fatha nih. Hehehe..
Selain menceritakan ilustrasi tikar bermain, Fatha juga sudah bisa mendeskripsikan sepakbola berdasarkan foto para pemain sepakbola pada surat kabar. Uti berkisah bahwa setiap pagi, mereka berdua sering berebut koran. Akhirnya Uti memilihkan bagian kabar olahraga untuk diserahkan kepada Fatha agar acara membaca berlangsung damai.
Malamnya, setelah sudah bermain cukup lama dengan satu jenis permainan, Ibu meminta ijin untuk memotret Fatha di atas tikar bermainnya. Fatha mengijinkan.
Ibu sangat bersyukur karena artinya Fatha sudah mulai memahami waktu berkualitas bersama Ibu. Hal ini yang sering ditekankan Ayah Fatha pada Ibu. Ketika sedang bersama anak, sebisa mungkin tatap matanya sebagai bentuk komunikasi paling efektif. Jangan sampai perhatian teralihkan pada ponsel atau melakukan aktivitas lain yang masih bisa ditunda. Ibu bahagia, Ayah sudah sangat piawai melakukan komunikasi produktif yang
kami pelajari bersama di sini.
Kegiatan kami semalam berbonus satu kosakata baru yang Fatha ucapkan dan pahami artinya. Di tengah-tengah ngobrol berdua, Fatha tiba-tiba mengucap,
"Umop."
"Hah, apa itu, Kak? Apa artinya 'umop'?" tanya Ibu penasaran. Fatha terlihat berpikir beberapa saat sebelum akhirnya menjawab,
"Tante Susi, umop. ngiiiiing."
Sontak saya paham dan menimpali,
"Ooh, umub. Airnya umub ya Kak? Airnya mendidih. Air yang dimasak dalam ceret sudah mendidih, lalu ada bunyinya ngiiiing. Betul begitu?"
Fatha mengangguk senang dan mulai bercerita tentang aktivitas merebus air. Umub merupakan istilah dalam bahasa Jawa yang berarti mendidih. FYI, Tante Susi ada Tante Ibu Fatha. Saat bermain di rumah Yangyut, Fatha sering mendengar bunyi ceret atau cerek tanda air sudah mendidih. Biasanya Yangyut akan mengingatkan Tante Susi untuk mengangkatnya dari atas kompor. Cara mengingatkannya persis seperti yang ditirukan oleh Fatha :)
Jadi, ngobrol berdua kami semalam sudah mengasah kemampuan verbal Fatha dalam ranah interpersonal (bersama Ibu). Fatha bahkan sudah bisa mendefinisikan makna suatu kata dengan tepat. Dan ternyata tanpa disengaja, Fatha sudah mulai mengenal dua bahasa alias bilingual. Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa. Alhamdulillah..
#Harike8
#Tantangan10Hari
#Level7
#KuliahBunsayIIP
#BintangKeluarga
0 comment(s):